
Giliran PTDU Jadi yang Tercuan, WINR Merana Lagi

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup cenderung stagnan pada perdagangan Kamis (2/6/2022) kemarin, mengekor bursa Asia-Pasifik yang secara mayoritas kembali terkoreksi akibat kekhawatiran prospek ekonomi global.
Indeks bursa saham acuan Tanah Air tersebut ditutup turun amat tipis yakni 0,24 indeks poin (0,00%) ke level 7.148,72.
Di sepanjang perdagangan IHSG cenderung bergerak volatil. IHSG menyentuh level terendah di 7.117,98 dan level tertinggi di 7.209,08 dan bergerak liar dari zona merah ke zona hijau sebelum kembali merah.
Data perdagangan mencatat nilai transaksi IHSG pada perdagangan Selasa mencapai sekitaran Rp 21 triliun dengan melibatkan 25 miliaran saham yang berpindah tangan sebanyak 1,7 juta kali. Sebanyak 278 saham terapresiasi, 263 saham terdepresiasi, dan 151 saham stagnan.
Investor asing tercatat melakukan aksi beli bersih (net buy) sebesar Rp 661,01 miliar di pasar reguler. Tetapi di pasar tunai dan negosiasi, asing malah melakukan aksi jual bersih (net sell) sebesar Rp 319,25 miliar. Tetapi secara keseluruhan, asing mencatatkan net buy sebesar Rp 341,75 miliar.
Pergerakan IHSG kemarin masih lebih baik dari beberapa bursa Asia-Pasifik lainnya, meski masih kalah baiknya dari indeks Shanghai Composite China yang menguat sendiri yakni menguat 0,42%. Sedangkan indeks Hang Seng dan KOSPI menjadi yang paling parah koreksinya yakni mencapai 1%.
Di tengah flat-nya IHSG kemarin, beberapa saham menjadi top gainers. Berikut sepuluh saham yang menjadi top gainers pada perdagangan Kamis kemarin.
![]() |
Dua saham yang sebelumnya sempat masuk ke jajaran top gainers pada Selasa lalu, pada perdagangan kemarin kembali masuk.
Adapun dua saham tersebut yakni saham emiten jasa engineering dan konstruksi PT Djasa Ubersakti Tbk (PTDU) dan saham emiten perikanan yakni PT Cilacap Samudera Fishing Industry Tbk (ASHA).
Tetapi posisi keduanya berubah, di mana pada Selasa lalu saham ASHA di posisi pertama lalu saham PTDU, pada Kamis kemarin giliran PTDU di posisi pertama, sedangkan ASHA tergeser ke posisi 6.
Saham PTDU ditutup meroket 32,67% ke level harga Rp 134/saham pada perdagangan kemarin. Nilai transaksi saham PTDU kemarin mencapai Rp 97,52 miliar dengan volume transaksi yang diperdagangkan sebanyak 816,04 juta lembar saham. Asing mengoleksinya sebesar Rp 79,88 juta di pasar reguler.
Belum diketahui mengapa harga saham PTDU meroket lebih dari 32%. Namun dari kinerja keuangannya pada kuartal I-2022, PTDU masih mencatatkan rugi bersih. Tetapi, rugi bersih perseroan sudah mulai mengalami penurunan.
Berdasarkan laporan keuangan perseroan pada kuartal I-2022 yang tidak diaudit, rugi bersih PTDU turun 41% menjadi Rp 4,31 miliar, dari sebelumnya pada periode yang sama tahun 2021 sebesar Rp 7,3 miliar.
Penurunan rugi bersih perseroan ditopang oleh melonjaknya pendapatan usaha hingga sekitar 773% menjadi Rp 49,26 miliar, dari sebelumnya sebesar Rp 5,64 miliar pada kuartal I-2021.
Sedangkan saham ASHA ditutup melonjak 24,59% ke posisi harga Rp 304/saham pada perdagangan kemarin. Dengan ini, maka saham ASHA sudah melonjak empat hari beruntun sejak melantai di bursa pada Jumat pekan lalu. Adapun saham ASHA sudah melonjak hingga 204% hanya dalam empat hari saja.
Emiten perikanan yang masuk sektor consumer non-cyclicals ini melepas 1,25 miliar saham di harga Rp 100 saat penawaran perdana (initial public offering/IPO). Artinya dana segar yang diperoleh emiten ini mencapai Rp 125 miliar.
Dalam rencana bisnisnya, salah satu penggunaan dana yang diperoleh dari IPO adalah untuk mengakuisisi PT Jembatan Lintas Global (PT JLG), di mana PT JLG memiliki lokasi strategis di Jawa Timur, dengan limpahan ikan segar dari Pantai Utara dan Pantai Selatan serta tersedianya SDM, serta akses langsung ekspor melalui Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya.
ASHA merupakan perusahaan perikanan yang terintegrasi dengan beroperasi 40 tahun lebih di industri perikanan. Produk bahan baku perikanan Cilacap Samudera berasal dari hasil tangkapan kapal sendiri dan juga dari supplier atau pihak ketiga.
Di saat IHSG cenderung mendatar, beberapa saham juga masuk ke jajaran top losers. Berikut 10 saham top losers pada perdagangan Kamis kemarin.
![]() |
Salah satu saham yang masuk ke jajaran top losers kemarin yakni saham emiten penunjang layanan kesehatan yakni PT Diagnos Laboratorium Utama Tbk (DGNS). Saham DGNS ditutup ambruk 6,86% ke level harga Rp 326/saham dan menyentuh batas auto rejection bawah (ARB) kemarin.
Nilai transaksi saham DGNS pada perdagangan Kamis kemarin mencapai Rp 4,38 miliar dengan volume transaksi yang diperdagangkan sebanyak 13,18 juta lembar saham. Investor asing melakukan penjualan saham DGNS sebesar Rp 145,14 juta di pasar reguler.
Pandemi virus corona (Covid-19) di Indonesia yang semakin melandai membuat perseroan pun menjadi kurang diuntungkan karena sebelumnya di saat pandemi Covid-19 memuncak, perseroan turut andil dalam usaha pelayanan pemeriksaan atau tes Covid-19.
Melandainya Covid-19 di RI membuat aturan protokol kesehatan (prokes) perjalanan baik luar negeri maupun dalam negeri semakin longgar dan bisnis tes Covid-19 mulai meredup.
Tetapi secara kinerja keuangan pada kuartal I-2022, DGNS masih mampu mencetak laba bersih. Laba bersih DGNS pada kuartal I-2022 naik menjadi Rp 8,4 miliar, dari sebelumnya pada kuartal IV-2021 di bawah Rp 1 miliar.
Selain itu, terdapat pula saham emiten properti dan real estate asal Singkawang, Kalimantan Barat yakni PT Winner Nusantara Jaya Tbk (WINR) yang harganya ambles 6,85% ke level Rp 136/saham. Dengan ini, saham WINR otomatis terkena level ARB-nya kemarin.
Nilai transaksi saham WINR pada perdagangan kemarin mencapai Rp 107,95 miliar dengan volume transaksi yang diperdagangkan sebanyak 781,18 juta lembar saham. Asing mengoleksinya sebesar Rp 1,22 miliar di pasar reguler.
Pasca melakukan pencatatan saham perdana (IPO)dengan melepas 1,5 miliar saham kepada publik, WINR meraup dana IPO senilai Rp 150 miliar. Namun, penjualan properti berpeluang tertekan di tengah tren kenaikan suku bunga global. Dalam 13 hari terakhir, WINR telah mengalami penurunan 84,8%.
Selain untuk berekspansi, Direktur Utama WINR Liu Yut Men / Yusmen Liu mengatakan bahwa tujuan IPO dilakukan juga untuk meningkatkan transparansi dan akuntabilitas Perseroan agar Perseroan memiliki Good Corporate Governance (GCG) yang baik.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(chd/vap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Sempat Menguat di Sesi 1, IHSG Hari Ini Ditutup Melemah