India Terancam Gelap Gulita, Indonesia Jadi 'Juru Selamat'?

Jakarta, CNBC Indonesia - Negeri Bollywood, India, terancam gelap gulita setelah krisis listrik membayangi. Hal itu kemungkinan terjadi di Juli-Agustus 2022.
Negara ini merupakan salah satu importir batu bara dari Indonesia. Dalam situasi seperti sekarang ini, apakah Indonesia bisa jadi penyelamat?
Lembaga riset independen, The Central Electricity Authority of India (CEA) memprediksi puncak permintaan listrik India akan mencapai 214 gigawatt di Agustus. Rata-rata kebutuhan energi juga bisa meningkat lebih dari bulan Mei ini menjadi 1.33.426 juta unit (MUs).
Mengutip Washington Post, gelombang panas menjadi penyebab. Mei ini, India bagian utara, selatan dan barat, bahkan mencatat suhu lebih dari 40 derajat Celcius.
Di beberapa area, panas bahkan nyaris menembus 50 derajat Celcius. Ini membuat warga mengonsumsi listrik untuk pendingin dalam jumlah besar.
Akibatnya pemerintah kini kembali memerintahkan beroperasinya pembangkit listrik batu bara dengan kapasitas penuh.
"Kementerian Lingkungan telah memberikan izin tambang batu bara untuk meningkatkan produksi hingga 50% tanpa mencari izin baru," tulis media Amerika Serikat (AS) itu mengutip sebuah memo 7 Mei.
"Memo itu mengaitkan peraturan lingkungan yang longgar dengan tekanan besar pada pasokan batu bara domestik di negara itu dan mengatakan "semua upaya sedang dilakukan untuk memenuhi permintaan batu bara"," tambahPost.
Untuk mengatasi krisis listrik tersebut, India melakukan negosiasi antar pemerintah yang akan dilakukan oleh kementerian luar negeri dan melibatkan kementerian keuangan. Negosiasi dibuka ke beberapa negara termasuk Indonesia untuk impor batu bara.
"Kementerian luar negeri sedang menjajaki saluran diplomatik dari semua sumber yang tersedia untuk mengimpor batu bara untuk tujuan pencampuran," kata seorang pejabat senior pemerintah, salah satu dari dua yang dikutip oleh Reuters pada Rabu (1/6/2022).
"Rencananya adalah mendapatkan batu bara dengan harga yang dinegosiasikan dari negara-negara penghasil batu bara terbesar-Rusia, Australia, Indonesia, dan Afrika Selatan. Jadi, masuk akal bagi Coal India untuk mengimpor atas nama genco negara dan IPP (produsen listrik independen) sebagai itu akan memberikan kekuatan negosiasi yang lebih baik," kata pejabat kedua, yang juga menolak disebutkan namanya.
Direktur Eksekutif Asosiasi Pertambangan Batu Bara Indonesia (APBI), Hendra Sinadia membenarkan, bahwa saat ini ada kelebihan permintaan batu bara dari India. Hanya saja untuk besaran detilnya Hendra belum mengetahui. Menurut catatan Hendra, sejauh ini India menjadi negara tujuan ekspor RI yang kedua terbesar setelah China.
"Tapi seperti biasa, buyer dari India selalu mencoba mencari harga yang lebih kompetitif," terang Hendra kepada CNBC Indonesia.
Menurut Reuters, ekspor batu bara Indonesia ke India pada bulan Mei pun melonjak hampir 70% dibandingkan April 2022, menjadi 10,85 juta ton.
Sayangnya Direktur PT Bumi Resources Tbk (BUMI), Dileep Srivastava mengatakan ada tantangan dari gangguan cuaca. Karena sedang musim fenomena La Nina dan hujan lebat sejak kuartal IV-2021 di Indonesia, produksi batu bar mengalami penurunan.
Sehingga, produsen batu bara asal Indonesia menetapkan untuk memprioritaskan pemenuhan batu bara untuk kebutuhan dalam negeri khususnya PT PLN (Persero).
"Semoga hujan dapat mereda mulai akhir 22 Mei, sampai saat itu pasokan sangat terbatas dan sulit untuk memenuhi permintaan baru yang timbul dari perang Ukraina. Namun, kami melihat tekanan naik pada harga batu bara yang kemungkinan akan tetap tinggi tahun ini dan mungkin seterusnya," tandas Dileep.
[Gambas:Video CNBC]
India Hingga Uni Eropa Butuh Batu Bara, RI Bisa Pasok?
(ras/ras)