Kabar dari Thamrin Bawa Rupiah Menguat Pekan Ini ke Rp 14.575

Robertus Andrianto, CNBC Indonesia
Sabtu, 28/05/2022 16:45 WIB
Foto: Kolase Foto/Bank Indonesia/Aristya rahadian

Jakarta, CNBC Indonesia - Rupiah berhasil mencatatkan hattrick penguatan pada tiga hari terakhir pekan ini. Hal ini menunjukkan hegemoni mata uang Garuda di hadapan dolar Amerika Serikat (AS).

Minggu ini rupiah menguat 0,51%, ditutup di posisi Rp 14.575/US$, pertama kalinya setelah 5 minggu beruntun tumbang. 


Pada awal pekan rupiah mencatat pelemahan, melanjutkan tren buruk panjang bulan Mei. Pada Senin (23/5/2022) rupiah menutup perdagangan di Rp 14.670/US$, melemah 0,14% di pasar spot.

Rupiah bisa saja mendapatkan keuntungan dari dibukanya kembali ekspor minyak kelapa sawit (Crude Palm Oil/CPO). Sebab, CPO merupakan salah satu penyumbang devisa terbesar, sehingga ekspor yang kembali diizinkan memberikan dampak positif ke rupiah. Nilai ekspor CPO dan produk turunannya setiap bulannya mencapai US$ 2,5 miliar - 3 miliar.

Sayangnya, pada perdagangan Senin efek dari dibukanya kembali ekspor CPO sudah memudar, rupiah kembali melemah.

Pelemahan hari Senin adalah yang pertama dan terakhir dalam perdagangan rupiah pekan ini. Keesokan harinya, Selasa (24/5/2022), rupiah berhasil mencatatkan penguatan 0,1% menjadi Rp 14.655/US$.

Bank Indonesia (BI) mengumumkan hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG). Hasilnya sesuai ekspektasi, suku bunga acuan masih belum diutak-atik.

"Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia pada 23-24 Mei 2022 memutuskan untuk mempertahankan BI 7-Day Reverse Repo Rate sebesar 3,5%, suku bunga Deposit Facility sebesar 2,75%, dan suku bunga Lending Facility sebesar 4,25%," sebut Perry Warjiyo, Gubernur BI, dalam jumpa pers secara virtual.

Tren positif kemudian berlanjut. Pada perdagangan Rabu (25/5/2022) rupiah kembali mencatatkan kenaikan. Rupiah di pasar spot tercatat Rp 14.630/US$, naik 0,17% dibanding hari sebelumnya.

Ini jadi pertama kalinya dalam 5 pekan terakhir rupiah akhirnya mampu mencatat penguatan beruntun melawan dolar Amerika Serikat (AS).

Pengumuman kebijakan moneter Bank Indonesia (BI) masih menjaga kinerja rupiah, selain itu, dolar AS juga masih terus mengalami koreksi.

Pada perdagangan terakhir di minggu ini, rupiah berhasil mencatatkan 'hattrick' kenaikan. Rupiah berada di Rp 14.575/US$, menguat 0,38% di pasar spot.

Indeks dolar AS pada perdagangan Kamis kembali turun 0,22%, dan sore ini turun lagi 0,21% ke 101,61. Sebelumnya bahkan sempat menyentuh 101,433 yang menjadi level terendah dalam satu bulan terakhir.

Dolar AS kini makin jauh dari level tertinggi dua dekade di 105 yang dicapai 13 Mei lalu.

Pasar melihat masih adanya kemungkinan The Fed tidak akan sangat agresif dalam menaikkan suku bunganya.

"Pasar mulai sedikit optimistis The Fed tidak akan terlalu agresif dalam menaikkan suku bunga, dan beberapa aksi jual yang melanda aset berisiko, khususnya saham, mungkin telah berakhir. Hal itu memicu sedikit reli aset berisiko yang berdampak buruk bagi dolar AS," kata Ed Moya, analis senior di Oanda, sebagaimana dilansir Reuters, Kamis (26/5/2022).

Pasca rilis notula tersebut, pasar kini melihat di akhir tahun suku bunga The Fed berada di 2,5% - 2,75%. Berdasarkan perangkat FedWatch milik CME Group, probabilitasnya sebesar 57,7%, padahal pada pekan lalu ekspektasi suku bunga di 2,75% - 3% menjadi yang tertinggi probabilitasnya.

Foto: FEDWatch
Proyeksi kenaikan suku bunga The Fed

TIM RISET CNBC INDONESIA


(ras/vap)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Perang Bikin Rupiah Anjlok, Tembus Rp 16.400-an per Dolar AS