Rupiah Ngegas! Menguat Tajam & Cetak Hat-trick Lawan Dolar AS
Jakarta, CNBC Indonesia - Rupiah akhirnya menguat tajam melawan dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Jumat (27/5/2022) dan sukses mencatat hat-trick alias penguatan 3 hari beruntun. Indeks dolar AS yang semakin terpuruk ditambah dengan kebijakan yang diambil Bank Indonesia (BI) membuat rupiah terus menguat.
Melansir data Refinitiv, rupiah membuka perdagangan dengan menguat 0,27% di Rp 14.590/US$, setelahnya menguat hingga 0,55% ke Rp 14.550/US$.
Di penutupan perdagangan rupiah berada di Rp 14.575/US$, menguat 0,38%.
Indeks dolar AS pada perdagangan Kamis kembali turun 0,22%, dan sore ini turun lagi 0,21% ke 101,61. Sebelumnya bahkan sempat menyentuh 101,433 yang menjadi level terendah dalam satu bulan terakhir.
Dolar AS kini makin jauh dari level tertinggi dua dekade di 105 yang dicapai 13 Mei lalu.
Penurunan tersebut terjadi pasca rilis notula rapat kebijakan moneter bank sentral AS (The Fed). Dalam notula tersebut terungkap para pejabat The Fed sepakat untuk menaikkan suku bunga 50 basis poin di bulan Juli dan Juli. Mereka melihat jika suku bunga segera dinaikkan, maka di sisa tahun ini The Fed akan berada di posisi yang bagus untuk menilai efek dari kenaikan suku bunga tersebut.
Pasar melihat masih adanya kemungkinan The Fed tidak akan sangat agresif dalam menaikkan suku bunganya.
"Pasar mulai sedikit optimistis The Fed tidak akan terlalu agresif dalam menaikkan suku bunga, dan beberapa aksi jual yang melanda aset berisiko, khususnya saham, mungkin telah berakhir. Hal itu memicu sedikit reli aset berisiko yang berdampak buruk bagi dolar AS," kata Ed Moya, analis senior di Oanda, sebagaimana dilansir Reuters, Kamis (26/5/2022).
Pasca rilis notula tersebut, pasar kini melihat di akhir tahun suku bunga The Fed berada 2,5% - 2,75%. Berdasarkan perangkat FedWatch milik CME Group, probabilitasnya sebesar 57,7%, padahal pada pekan lalu ekspektasi suku bunga di 2,75% - 3% menjadi yang tertinggi probabiitasnya.
Ahli strategi dari bank investasi JP Morgan juga melihat peluang The Fed tidak akan agresif, meski dikatakan bukan skenario yang utama.
"Itu bukan skenario dasar tim ekonomi kami, tetapi kami pikir ada peluang The Fed akan mengerek suku bunga hingga 1,75% - 2% yang merupakan kebijakan normal dan memberi peluang untuk menghentikan sementara kenaikan suku bunga dan menilai terlebih dahulu dampak kebijakannya terhadap pasar tenaga kerja dan inflasi," kata ahli strategi JP Morgan, sebagaimana dilansir Reuters, Kamis (26/5/2022).
HALAMAN SELANJUTNYA >>> BI Agresif Kerek GWM
(pap/pap)