Melantai di Bursa 27 Tahun, Perusahaan Ini Mau Delisting!

Tim Riset, CNBC Indonesia
27 May 2022 14:45
Gedung Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Foto: Gedung Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa Efek Indonesia (BEI) menghentikan sementara perdagangan saham (suspensi) PT Tunas Ridean Tbk (TURI).

Hal tersebut menyusul rencana aksi korporasi yang akan dilakukan oleh perusahaan berupa Go Private atau voluntary delisting.

Pada perdagangan kemarin lusa (25/5/2022), harga saham TURI ditutup melemah 2,5% di Rp 1.560/unit dengan nilai kapitalisasi pasar sebesar Rp 8,7 triliun.

Dalam hal perubahan status perusahaan dari publik menjadi private, TURI akan mengikuti seluruh ketentuan yang berlaku dan tertuang dalam Peraturan OJK nomor 3/POJK/2021 yang mengatur tentang metode go-private, lewat pembelian kembali saham (buyback).

Adapun harga buyback untuk saham TURI diperkirakan berada di kisaran Rp 1.700/unit.

TURI merupakan perusahaan yang bergerak di sektor otomotif terutama sebagai dealer dan juga memberikan pembiayaan untuk kepemilikan kendaraan.

Setelah kurang lebih 27 tahun menyandang status sebagai perusahaan terbuka, kini perseroan memutuskan untuk kembali menjadi perusahaan private.

Untuk diketahui, TURI pertama kali melepas sebanyak 28 juta saham pada 16 Mei 1995 di harga Rp 2.700/unit saat penawaran perdana (IPO).

Saat ini mayoritas saham TURI dimiliki oleh dua perusahaan yaitu Jardine Cycle & Carriage Ltd (yang juga menjadi pemegang saham mayoritas di PT Astra International Tbk) dan PT Tunas Andalan Pratama.

Kedua perusahaan tersebut masing-masing mengempit 2,58 miliar saham TURI atau setara dengan 46,24% saham beredar.

Terhitung sejak IPO, TURI sudah melalui berbagai aksi korporasi mulai dari stock split hingga pembagian saham bonus.

Dalam kurun waktu 27 tahun, harga saham TURI telah memberikan return sebesar 3.304%. Artinya per tahun, gain yang diperoleh mencapai 122%.

Uptrend jangka panjang harga saham TURI terjadi sejak tahun 2004 hingga tahun pertengahan April 2013. Namun setelah itu harga saham TURI anjlok dalam.

Setelah kurang lebih dua tahun harga saham TURI belum pulih dari koreksinya dan kembali ke level pra-koreksi, pada September 2015, harga saham TURI bangkit dan menyentuh level tertingginya sepanjang sejarah pada pertengahan Mei 2016.

Namun harga saham TURI kembali anjlok pada 2018. Harga saham TURI mencapai peak pada kuartal I-2018 dan mencapai titik terendahnya di Desember 2019.

Setelah itu harga saham TURI kembali bangkit dan sempat tertekan tajam saat pandemi Covid-19 awal-awal merebak di tahun 2020.

Meskipun return yang diberikan cukup menggiurkan, sebenarnya secara transaksi, saham TURI cenderung tidak likuid.

Secara historis, kinerja keuangan perseroan cenderung berfluktuasi. Dalam kurun lima tahun terakhir TURI berhasil membukukan pendapatan di kisaran Rp 12-13 triliun per tahun.

Namun pendapatan sempat drop di tahun 2020 akibat pandemi. Mobilitas masyarakat yang dibatasi membuat penjualan kendaraan bermotor pun anjlok tajam sehingga membuat pendapatan TURI drop 36% menjadi Rp 8,3 triliun.

Kemudian dari sisi laba, TURI berhasil mencatatkan pertumbuhan laba bersih sebesar 2,53%. Meskipun dari sisi pendapatan cenderung berfluktuasi, tetapi pertumbuhan laba mencerminkan kemampuan perusahaan untuk meningkatkan marjin laba.

Di tahun 2022 ini, sebenarnya kinerja keuangan TURI cenderung mentereng. Hingga kuartal I-2022, TURI sukses membukukan pendapatan bersih sebesar Rp 4,1 triliun atau naik 54% dari kuartal I-2021.

Sementara itu, laba bersih tercatat sebesar Rp 208,7 miliar, naik 118% secara tahunan. Laba dari bisnis otomotif naik 120% menjadi Rp 161,5 miliar seiring terjadinya pemulihan penjualan.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(trp/vap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Tunas Ridean Mau Go Private, BEI Suspensi Saham TURI

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular