
Dolar AS Makin Terpuruk, Rupiah Siap Cetak Hat-trick!

Jakarta, CNBC Indonesia - Pada Rabu lalu, untuk pertama kalinya dalam 5 pekan terakhir rupiah akhirnya mampu mencatat penguatan beruntun melawan dolar Amerika Serikat (AS). Pengumuman kebijakan moneter Bank Indonesia (BI) masih menjaga kinerja rupiah, selain itu, dolar AS juga masih terus mengalami koreksi.
Rupiah berpeluang mencatat hat-trick alias penguatan 3 hari beruntun pada Jumat (27/5/2022), sebab indeks dolar AS pada perdagangan Kamis kembali turun 0,3% ke 101,75. Dolar AS kini makin jauh dari level tertinggi dua dekade di 105 yang dicapai 13 Mei lalu.
Penurunan tersebut terjadi pasca rilis notula rapat kebijakan moneter bank sentral AS (The Fed).
Dalam notula tersebut terungkap para pejabat The Fed sepakat untuk menaikkan suku bunga 50 basis poin di bulan Juli dan Juli. Mereka melihat jika suku bunga segera dinaikkan, maka di sisa tahun ini The Fed akan berada di posisi yang bagus untuk menilai efek dari kenaikan suku bunga tersebut.
Pasar melihat masih adanya kemungkinan The Fed tidak akan sangat agresif dalam menaikkan suku bunganya.
"Itu bukan skenario dasar tim ekonomi kami, tetapi kami pikir ada peluang The Fed akan mengerek suku bunga hingga 1,75% - 2% yang merupakan kebijakan normal dan memberi peluang untuk menghentikan sementara kenaikan suku bunga dan menilai terlebih dahulu dampak kebijakannya terhadap pasar tenaga kerja dan inflasi," kata ahli strategi JP Morgan, sebagaimana dilansir Reuters, Kamis (26/5/2022).
Secara teknikal setelah berkonsolidasi sejak awal tahun ini di kisaran Rp 14.240/US$ sampai Rp 14.400/US$, rupiah akhirnya melewati batas atas tersebut di akhir bulan lalu hingga terus mengalami pelemahan.
Rupiah pada Jumat (20/5/2022) mampu mencatat penguatan pertama di bulan ini setelah tertahan di dekat resisten kuat di kisaran Rp 14.730/US$ yang merupakan Fibonacci Retracement61,8%. Fibonacci Retracement tersebut ditarik dari level terendah 24 Januari 2020 di Rp 13.565/US$ dan tertinggi 23 Maret 2020 di Rp 16.620/US$.
![]() Foto: Refiniiv |
Kinerja rupiah mulai membaik setelah sempat menyentuh resisten kuat tersebut. Rabu lalu, rupiah sukses mencatat penguatan beruntun untuk pertama kalinya sejak pertengahan April lalu.
Sementara itu indikator Stochastic pada grafik harian mulai keluar dari wilayah overbought.
Stochastic merupakan leading indicator, atau indikator yang mengawali pergerakan harga. Ketika Stochastic mencapai wilayah overbought (di atas 80) atau oversold (di bawah 20), maka harga suatu instrumen berpeluang berbalik arah.
Indikator stochastic yang berada di wilayah overbought tentunya membuka peluang penguatan rupiah.
![]() Foto: Refinitiv |
Sementara itu Stochastic pada grafik 1 jam bergerak turun tetapi belum masuk ke wilayah jenuh jual. Hal ini membuat rupiah masih berpeluang melanjutkan penguatan.
Support terdekat berada di kisaran Rp 14.620.US$. Rupiah berpeluang menguat ke kisaran Rp 14.600/US$ hingga Rp 14.590/US$ jika mampu menembus konsisten level tersebut.
Resisten terdekat kini berada di kisaran Rp 14.650/US$. Jika dilewati, rupiah berisiko melemah ke dan menguji Rp 14.680/US$, sebelum menguji lagi Rp 14.700/US$.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Rupiah Ngeri! 3 Hari Melesat 3% ke Level Terkuat 3 Bulan
