Mayoritas Yield SBN Turun, Tapi Ada yang Naik 14,8 basis poin

Chandra Dwi Pranata, CNBC Indonesia
Rabu, 25/05/2022 19:25 WIB
Foto: Ilustrasi Obligasi (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga mayoritas obligasi pemerintah atau Surat Berharga Negara (SBN) kembali ditutup menguat pada perdagangan Rabu (25/5/2022), di tengah sikap investor yang masih melakukan aksi jual di pasar saham global, termasuk di Indonesia.

Investor kembali memburu SBN pada hari ini, ditandai dengan kembali turunnya imbal hasil (yield) dan menguatnya harga. Hanya SBN tenor 1, 5, dan 30 tahun yang cenderung dilepas oleh investor ditandai dengan naiknya yield dan pelemahan harga.

Melansir data dari Refinitiv, yield SBN tenor 1 tahun menguat signifikan sebesar 14,8 basis poin (bp) ke level 4,058%, sedangkan yield SBN tenor 5 tahun naik 1,6 bp ke level 6,286%, dan yield SBN berjatuh tempo 30 tahun bertambah 1,9 bp ke level 7,295%.


Yield berlawanan arah dari harga, sehingga turunnya yield menunjukkan harga obligasi yang sedang menguat, demikian juga sebaliknya. Satuan penghitungan basis poin setara dengan 1/100 dari 1%.

Dari Amerika Serikat (AS), investor juga cenderung kembali mengoleksi obligasi pemerintah (US Treasury) dan kembali mengalami penurunan yield pada hari ini.

Berdasarkan data dari CNBC International, yield Treasury tenor 10 tahun cenderung turun 0,9 bp ke level 2,751% pada pukul 07:00 waktu AS atau pukul 18:00 WIB, dari sebelumnya pada penutupan perdagangan Selasa kemarin di level 2,76%.

Pasar saham Negeri Paman Sam hingga perdagangan Selasa kemarin waktu AS masih cenderung kurang bergairah, meski indeks Dow Jones berhasil ditutup menguat cenderung tipis.

Belum bergairahnya kembali bursa AS disebabkan oleh masih terjadinya aksi jual (sell-off) oleh investor, karena mereka khawatir dengan kondisi global yang masih belum menentu.

Inflasi global yang masih meninggi, potensi semakin agresifnya bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) untuk menaikkan suku bunga acuannya, pandemi virus corona (Covid-19) di China yang masih mengkhawatirkan dan perang Rusia-Ukraina yang belum mereda membuat investor masih belum berselera memburu kembali aset berisiko seperti saham dan kripto.

Alhasil, obligasi pemerintah pun kembali diburu setelah sempat dilepas oleh investor.

Investor saat ini menanti hasil rapat The Fed edisi Mei 2022, di mana hasil rapat tersebut akan diumumkan pada Rabu siang waktu AS atau Kamis dini hari waktu Indonesia.

Pada pertemuan edisi Mei, The Fed kembali menaikkan suku bunga setengah poin persentase atau 50 basis poin.

Ketua The Fed, Jerome Powell mengatakan bahwa inflasi masih terlalu tinggi dan beliau memahami kesulitan yang ditimbulkannya. Powell pun mengatakan akan bergerak cepat untuk menurunkan kembali inflasi yang sudah memanas sejak awal tahun ini.

"Inflasi sudah terlalu tinggi dan kami memahami kesulitan yang ditimbulkannya. Kami bergerak cepat untuk menurunkannya kembali," kata Powell pada saat itu.

Pengetatan kebijakan moneter yang lebih agresif oleh The Fed telah menimbulkan kekhawatiran bahwa hal ini dapat berkontribusi pada perlambatan pertumbuhan ekonomi Negeri Paman Sam.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(chd/vap)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Modal Pasar Saham & SBN Tarik Investor Saat Iran-Israel Panas