
Sempat Volatil, IHSG Berakhir Terkoreksi 0,44% di Sesi 1

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berakhir terkoreksi pada penutupan perdagangan sesi pertama Rabu (25/5/2022) menyusul kekhawatiran akan prospek pertumbuhan ekonomi dan kenaikan suku bunga tinggi yang membebani pasar global.
IHSG dibuka menguat tipis 0,01% di 6.914,65 dan berakhir melemah 0,44% atau 30,71 poin ke 6.883,42 pada pukul 11:30 WIB. Nilai perdagangan tercatat turun ke Rp 8,75 triliun dengan melibatkan lebih dari 14 miliaran saham yang berpindah tangan sebanyak 888,19 juta kali.
Menurut data PT Bursa Efek Indonesia (BEI), sekitar 5 menit setelah perdagangan dibuka IHSG melemah 0,17%. Sempat volatil, pada 09:30 WIB IHSG kembali berbalik ke zona hijau. Selang 15 menit kemudian, IHSG berbalik ke zona merah hingga penutupan perdagangan sesi pertama.
Level tertinggi hariannya di 6.944,48 pada pukul 09:30 WIB, sedangkan level terendah hariannya di 6.859,67 pada saat menjelang penutupan perdagangan sesi I siang ini.
Mayoritas saham melemah yakni sebanyak 309 unit, sedangkan 200 unit lainnya menguat dan 172 sisanya flat. Di sisi lain, investor asing mencetak pembelian bersih (net buy) senilai 13,42 miliar di pasar reguler.
Dua saham big cap emiten perbankan menjadi saham yang mereka buru yaitu PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) dan PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI) dengan nilai pembelian bersih masing-masing sebesar Rp 55,5 miliar dan Rp 55,1 miliar. BBNI tercatat turun 0,83% ke Rp 9.000/unit dan BMRI turun 0,32% ke Rp 7.900/unit.
Sebaliknya, saham yang mereka jual terutama adalah PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) dan PT Adaro Energy Indonesia Tbk (ADRO) dengan nilai penjualan bersih masing-masing sebesar Rp 80,7 miliar dan Rp 25,4 miliar. BBRI tercatat turun ke Rp 4.380/unit sedangkan ADRO turun 3,12% ke Rp 3.100/unit.
Koreksi ini mengikuti Wall Street yang mencatat aksi jual saham saham teknologi di tengah kekhawatiran prospek pertumbuhan ekonomi dan kenaikan suku bunga. Investor pun mengoleksi obligasi pemerintah, sehingga imbal hasil (yield) obligasi pemerintah AS tenor 10 tahun turun menjadi 2,75% dari 2,85% pada hari Senin. Imbal hasil obligasi akan turun ketika harganya naik.
Dari dalam negeri, BI mengumumkan BI 7 Day Reverse Repo Rate tidak diubah, alias flat selama 15 bulan terakhir di level sekarang, yakni 3,5% yang merupakan level terendah sepanjang sejarah Indonesia. Namun, investor cemas melihat kenaikan Giro Wajib Minimum (GWM).
Sebelumnya di awal tahun ini, BI berencana mengerek GWM Pada Maret (100 basis poin/bp), Juni (100 bp) dan September (50 bp), untuk bank umum konvensional (BUK) menjadi 6,5%.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ags/ags)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Saham Bank Diburu, IHSG Awet Menghijau Hingga Closing Sesi 1