'Senjata' Putin Sakti! Rubel Bikin Dolar Tak Berdaya

Teti Purwanti, CNBC Indonesia
Rabu, 25/05/2022 09:25 WIB
Foto: Seorang pengantar makanan meninggalkan kantor pertukaran dengan layar yang menunjukkan nilai tukar mata uang Dolar AS dan Euro ke Rubel Rusia di Moskow, Rusia, Kamis (24/2/2022). (AP Photo/Alexander Zemlianichenko Jr)

Jakarta, CNBC Indonesia - Beberapa waktu terakhir, nilai tukar rupiah cukup kuat dan bertahan melawan dolar Amerika Serikat (AS). Meski begitu, rupiah, tetap menjadi salah satu mata uang yang terendah.

Hal itu, jauh berbeda dengan yang terjadi pada mata uang Rusia, rubel. Pergerakan mata uang rubel Rusia memberikan kejutan di pasar finansial. Bagaimana tidak, kurang dari dua bulan rubel berubah dari mata uang terlemah menjadi yang terbaik di dunia.

Rubel menjadi satu dari sedikit mata uang yang mampu melibas dolar Amerika Serikat (AS), dan berada di posisi teratas. Penguatannya sepanjang tahun ini hingga Jumat (20/5/2022) lebih dari 20%.


Perang Rusia dengan Ukraina membuat negara pimpinan Vladimir Putin ini diberikan banyak sanksi oleh Amerika Serikat dan sekutunya. Mulai dari sektor keuangan hingga energi, mulai dari korporasi hingga individu.

Dari sektor keuangan, setidaknya 7 bank dan institusi Rusia dikeluarkan dari jejaring informasi perbankan internasional yang dikenal sebagai SWIFT (Society for Worldwide Interbank Financial Telecommunication), yakni semacam platform jejaring sosial bagi bank.

Selain akan memutus SWIFT dari Rusia, Amerika Serikat dan Sekutu juga membekukan cadangan devisa bank sentral Rusia yang ditempatkan di luar negeri.


Cadangan devisa Rusia saat ini sebesar US$ 643 miliar, yang sebagian besar ditempatkan di bank sentral AS, Eropa dan China dengan estimasi sekitar US$ 492 miliar, melansir Forbes.

Pembekuan aset tersebut membuat bank sentral Rusia tidak bisa menggunakan cadangan devisanya, guna menstabilkan nilai tukar rubel. Alhasil, nilai tukar rubel jeblok hingga menyentuh RUB 150/US$ pada 7 Maret lalu, yang merupakan rekor terlemah sepanjang sejarah. Dibandingkan posisi akhir 2021 hingga ke rekor tersebut, rubel jeblok lebih dari 101%.

Jebloknya nilai tukar rubel membuat CBR bergerak cepat dengan mengerek suku bunga menjadi 20% dari sebelumnya 9,5% di awal Maret lalu. Dengan kurs rubel yang berbalik menguat inflasi di Rusia diperkirakan akan melandai, CBR pun akhirnya kembali menurunkan suku bunganya menjadi 14%. Meski demikian, kurs rubel masih terus menguat melawan doalr AS.
Pemerintah Rusia menerapkan kebijakan capital control menjadi kunci yang membuat rubel terus menguat. Kebijakan capital control memberikan dampak yang besar terhadap penguatan rubel.

Kebijakan tersebut mewajibkan perusahaan Rusia mengkonversi 80% valuta asing menjadi rubel. Rusia juga meminta gas dan minyak yang diimpor oleh negara-negara Eropa dibayar menggunakan rubel.

Selain itu, warga Rusia sebelumnya juga dilarang mengirim uang ke luar negeri, kebijakan tersebut kemudian dilonggarkan dengan memperbolehkan transfer maksimal US$ 10.000/bulan per individu.


(RCI/dhf)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Menkeu Targetkan PDB RI Capai 5,8% di 2026