
BI Sedot Duit Rp 110 Triliun, Rupiah Bisa Melesat?

Jakarta, CNBC Indonesia - Rupiah pada perdagangan Selasa kemarin sukses menguat 0,1% melawan dolar Amerika Serikat (AS) ke Rp 14.655/US$. Ini menjadi penguatan kedua sepanjang bulan ini, dan berpeluang berlanjut lagi pada perdagangan Rabu (25/5/2022).
Rupiah masih mampu menguat setelah Bank Indonesia (BI) mengumumkan hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG). Hasilnya sesuai ekspektasi, suku bunga acuan masih belum diutak-atik.
"Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia pada 23-24 April 2022memutuskan untuk mempertahankan BI7-Day Reverse Repo Rate sebesar 3,5%, suku bunga Deposit Facility sebesar 2,75%, dan suku bunga Lending Facility sebesar 4,25%," sebut Perry Warjiyo, Gubernur BI, dalam jumpa pers secara virtual.
Namun, BI juga mengambil langkah-langkah guna menjaga stabilitas rupiah dengan mempercepat normalisasi kebijakan likuiditas dengan menaikkan GWM secara bertahap.
Sebelumnya di awal tahun ini, BI berencana mengerek GWM Pada Maret (100 basis poin), Juni (100 basis poin) dan September (50 basis poin), untuk bank umum konvensional (BUK) menjadi 6,5%
Dan untuk bank umum syariah (BUS) di September GWM menjadi 5%, dengan kenaikan masing-masing 50 basis poin.
BI kemudian mempercepat dan menaikkan lagi GWM. Untuk BUK, GWM yang saat ini 5% akan naik menjadi 6% di bulan Juni, kemudian 7,5% di bulan Juli dan 9% di bulan September.
Untuk BUS yang saat ini 4% naik menjadi 4,5% di Juni, 6% di Juli dan 7,5% di September.
Kenaikan tersebut diperkirakan akan menyerap likuiditas di perekonomian sebesar Rp 110 triliun. Penyerapan likuiditas tersebut diharapkan mampu membuat rupiah lebih stabil.
Selain itu, indeks dolar AS masih terus menurun. Selasa kemarin indeks yang mengukur kekuatan dolar AS ini turun 0,21% setelah merosot lebih dari 1% di awal pekan dan sekitar 1,35% sepanjang pekan lalu. Pagi ini, indeks dolar AS kemarin turun 0,06% ke 101,79 yang merupakan level terendah dalam satu bulan.
Secara teknikal setelah berkonsolidasi sejak awal tahun ini di kisaran Rp 14.240/US$ sampai Rp 14.400/US$, rupiah akhirnya melewati batas atas tersebut di akhir bulan lalu hingga terus mengalami pelemahan.
Rupiah pada Jumat (20/5/2022) mampu mencatat penguatan pertama di bulan ini setelah tertahan di dekat resisten kuat di kisaran Rp 14.730/US$ yang merupakan FibonacciRetracement61,8%. Fibonacci Retracement tersebut ditarik dari level terendah 24 Januari 2020 di Rp 13.565/US$ dan tertinggi 23 Maret 2020 di Rp 16.620/US$.
Kemudian Selasa kemarin juga berhasil menguat, kinerja rupiah mulai membaik setelah sempat menyentuh resisten kuat tersebut.
![]() Foto: Refinitiv |
Sementara itu indikator Stochastic pada grafik harian berada di wilayah overbought.
Stochastic merupakan leading indicator, atau indikator yang mengawali pergerakan harga. Ketika Stochastic mencapai wilayah overbought (di atas 80) atau oversold (di bawah 20), maka harga suatu instrumen berpeluang berbalik arah.
Indikator stochastic yang berada di wilayah overbought tentunya membuka peluang penguatan rupiah.
![]() Foto: Refinitiv |
Sementara itu Stochastic pada grafik 1 jam bergerak mendatar di dekat level 50.
Resisten terdekat kini berada di kisaran Rp 14.680/US$. Jika dilewati, rupiah sekali lagi akan menguji Rp 14.700/US$, sebelum menguji lagi Rp 14.730/US$.
Support terdekat berada di kisaran Rp 14.620.US$. Rupiah berpeluang menguat ke kisaran Rp 14.600/US$ hingga Rp 14.590/US$ jika mampu menembus konsisten level tersebut.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Kabar Dari China Bakal Hadang Rupiah ke Bawah Rp 15.000/US$?
