
Negara-negara Ini Sudah Naikkan Bunga, Indonesia Menyusul?

Jakarta, CNBC Indonesia- Bank sentral sejumlah negara telah menaikkan suku bunga acuan untuk memerangi inflasi. Ke depan, tren menaikkan suku bunga acuan diperkirakan masih berlanjut seiring inflasi yang melonjak tajam karena perang Rusia-Ukraina.
Bank sentral Brasil (Banco Central do Brasil) menjadi salah satu yang paling agresif. Bank sentral Brasil sudah menaikkan suku bunga sebanyak 10 kali sejak Maret 2021. Suku bunga acuan dikerek dari 2,00 di Februari 2021 menjadi 12,75% di Mei tahun ini.
Kenaikan suku bunga acuan dilakukan untuk meredam inflasi Negeri Samba. Inflasi Brasil melonjak 6,1% di Maret 2021, level tertingginya sejak Desember 2016.
Laju inflasi Brasil belum juga mereda meskipun suku bunga sudah dikerek. Inflasi melonjak menjadi 12,13% (yoy) di April tahun ini sebagai dampak naiknya harga komoditas pangan dan energi.
Bank of Korea juga menjadi salah satu bank sentral yang menaikkan suku bunga paling cepat dibandingkan yang lain. Pada Agustus 2021, Bank of Korea menaikkan suku bunga acuan sebesar 25 basis points (bps) menjadi 0,75%. Kenaikan suku bunga acuan pada bulan tersebut menjadi yang pertama dalam tiga tahun.
Bank of Korea menaikkan suku bunga di pertengahan lalu seiring dengan meningkatnya perekonomian negara tersebut. Bank sentral Korea di luar dugaan kembali menaikkan suku bunga sebesar 25 bps di bulan April lalu. Dengan demikian, sejak Agustus 2021, Bank on Korea sudah mengerek suku bunga acuan sebanyak 100 bps menjadi 1,50% di April tahun ini.
Kenaikan suku bunga acuan pada bulan lalu dilakukan setelah inflasi Negeri Ginseng melesat 4,8% (year on year/yoy) di bulan April tahun ini. Inflasi tersebut menjadi yang tertinggi dalam 13 tahun terakhir.
Bank sentral Inggris (The Bank of England/BoE), juga bertindak agresif sejak akhir tahun lalu. Di bulan Desember 2021, BoE menaikkan suku bunga sebesar 0,15 bps dari 0,1% menjadi 0,25%. Sejak Desember 2021, BoE telah menaikkan suku bunga dalam empat pertemuan moneter terakhir.
Pada awal bulan ini, BoE juga menaikkan suku bunga 0,25% menjadi 1,00%. Dengan demikian, BoE sudah menaikkan suku bunga acuan sebesar 90 bps menjadi 1,00%
BoE bertindak agresif setelah inflasi melambung pasca perang Rusia-Ukraina. Inflasi Inggris melambung ke 9% (yoy) di April tahun ini, yang menjadi rekor tertinggi dalam 40 tahun terakhir.
Bank sentral Amerika Serikat (AS) juga telah menaikkan suku bunga sebesar 75 bps sepanjang tahun ini. Masing-masing sebesar 25 bps di Maret dan 50 bps di awal bulan Mei.
Kenaikan suku bunga pada Maret menjadi yang pertama sejak 2019. Dengan kenaikan sebesar 75 bps maka The Fed Fund Rate (FFR) kini berada di 0,75-1%.
Senada dengan Inggris, The Fed mengerek suku bunga acuan mereka menyusul lonjakan inflasi dan pemulihan ekonomi di negara tersebut. Inflasi AS melonjak ke level 8,3% (yoy) di April tahun ini. Inflasi April memang lebih rendah dibandingkan Maret (8,5%) tetapi masih berkutat di level tertingginya sejak 40 tahun terakhir.
The Fed diperkirakan masih akan bersikap hawkish hingga akhir tahun. Pasar berekspektasi the Fed masih akan menaikkan suku bunga acuan sebanyak enam kali hingga akhir tahun.
Chairman The Fed Jerome Powell dalam beberapa kesempatan menegaskan sikap Fed yang tak ragu menaikkan suku bunga demi memerangi inflasi. The Fed akan mengarahkan inflasi ke level 2%, jauh di bawah laju inflasi AS saat ini.
"Kita tidak akan basa-basi. Tidak akan ada keraguan untuk itu. Kita akan meredam inflasi sampai kita merasa di titik aman," tutur Powell, saat diwawancara The Wall Street Journal, Selasa pekan lalu (17/5/2022).
India, Argentina, Meksiko, Arab Saudi, dan Malaysia juga telah menaikkan suku bunga pada tahun ini. Bank Negara Malaysia (BNM) di luar dugaan menaikkan suku bunga acuan mereka sebesar 25 bps menjadi 2% pada 11 Mei lalu. Kenaikan tersebut menjadi yang pertama sejak Juli 2020.
BNM beralasan mereka perlu menaikkan suku bunga karena pertumbuhan ekonomi sudah cukup tinggi. Ekonomi Negara Jiran tumbuh 3,9% di kuartal I tahun ini. Meskipun pertumbuhan kuartal I-2022 lebih rendah dibandingkan kuartal IV tahun 2021 (4,6%) tetapi masih jauh lebih tinggi dibandingkan kuartal I tahun 2021 yang tercatat 2,4%.
Berbeda dengan banyak negara, bank sentral Rusia memilih menurunkan suku bunga acuan sebesar 300 bps menjadi 14% di April tahun ini. Langkah tersebut dilakukan untuk mendongkrak pertumbuhan ekonomi di tengah perang.
Sementara itu, sejumlah negara masih mempertahankan suku bunga acuan mereka di tengah lonjakan inflasi. Di antaranya adalah bank sentral Jepang, Bank Indonesia, dan European Central Bank (ECB).
Dana Moneter Inetrnasional (IMF) daam laporannya Economic Outlook 2022: War Sets Back the Global Recovery mengatakan perang Rusia-Ukraina membuat bank sentral dihadapkan pada dua pilihan sulit: menjaga pertumbuhan atau meredam kenaikan harga.
"Kenaikan harga membuat banyak bank sentral mengetatkan kebijakan moneter. kenaikan suku bunga juga akan diambil oleh bank sentral di banyak negara terutama emerging market," tulis IMF.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(mae/mae)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article AS Genting, Bos BI Ramal Fed Fund Rate Bakal Naik Lagi