
6 Konglomerat Ini Makin Tajir Gegara Batu Bara, Siapa Saja?

Jakarta, CNBC Indonesia- Harga batu bara diperkirakan masih akan melambung dan bertahan di level US$ 400 per ton pada pekan ini. Tingginya permintaan dari India dan Eropa akan menjadi pendorongnya.
Pekan lalu, harga batu kontrak Juni di pasar ICE Newcastle (Australia) ditutup di US$ 421,15 per ton. Menguat 16,4% dalam sepekan. Kenaikan ini jauh lebih besar dibandingkan penguatan pada pekan sebelumnya yakni 0,9%.
Kenaikan harga komoditas ini tentu akan berimplikasi positif pada kinerja emiten pertambangan batu bara. Reli panjang penguatan harga batu bara telah tercermin pada laporan keuangan emiten batu bara nasional yang ramai-ramai membukukan peningkatan pendapatan dan kinerja laba yang fantastis.
Berikut TIM RISET CNBC INDONESIA coba merangkum beberapa pihak yang diuntungkan dari kenaikan harga batu bara dunia.
1. Kiki Barki
Salah satu pengusaha nasional yang hartanya melejit karena reli harga batu bara tahun ini adalah Keluarga Barki, pemilik emiten pertambangan batu bara PT Harum Energy Tbk (HRUM).
Menurut laporan keuangan perusahaan yang terbit di situs Bursa Efek Indonesia (BEI), pendapatan emiten yang ia kendalikan mencatatkan pertumbuhan pendapatan hingga 114% menjadi US$ 336,17 juta (Rp 4,82 triliun) dari semula hanya US$ 157,82 juta.
Pendapatan yang meningkat drastis mendorong kinerja laba bersih yang sepanjang tahun lalu meningkat 25,71% secara tahunan (year on year/yoy) menjadi US$ 74,30 juta atau setara dengan Rp 1,06 triliun, dari laba bersih US 59,14 juta pada periode yang sama tahun sebelumnya.
Tahun lalu, nama Kiki Barki akhirnya muncul kembali dalam daftar 50 orang terkaya RI setelah absen tujuh tahun. Kekayaan bersihnya tahun lalu ditaksir mencapai US$ 1,6 miliar atau setara dengan Rp 22,96 triliun (kurs Rp 14.350/US$) dan bertengger di posisi 27 orang terkaya di Indonesia.
Sedangkan menurut data real time yang juga dikumpulkan oleh Majalah Forbes, kekayaan Kiki Barki saat ini kembali meningkat dari akhir tahun lalu dengan angkanya ditaksir mencapai US$ 2 miliar (Rp 28,7 triliun).
Senada dengan pendapatan dan laba yang meningkat, harga saham HRUM juga mengalami kenaikan signifikan. Meski sejak awal tahun sahamnya 'hanya mampu' naik 16,46%, akan tetapi dalam setahun terakhir saham perusahaan ini telah meningkat 123%.
2. Low Tuck Kwong
Dato' Dr. Low Tuck Kwong, dilahirkan di Singapura 17 April 1948 dan berganti kewarganegaraan menjadi WNI pada 1992 memperoleh pundi-pundi dari kepemilikan saham di PT Bayan Resources Tbk (BYAN). Titik balik kesuksesannya terjadi pada tahun 1997 ketika ia mengakuisisi tambang batu bara pertamanya yaitu PT Gunungbayan Pratamacoal.
BYAN merupakan emiten batu bara dengan kapitalisasi terbesar di bursa domestik. Tercatat kapitalisasi pasarnya saat ini mencapai Rp 145 triliun, lebih besar dari Adaro Energy - tanpa memperhitungkan Adaro Minerals - ataupun emiten tambang batu bara pelat merah PTBA.
Akhir tahun lalu, Majalah Forbes menempatkan Low Tuck Kwong di posisi ke-18 orang terkaya di Indonesia dengan harta bersih ditaksir mencapai US$ 2,55 miliar.
Akan tetapi hingga Rabu (6/4), menurut data real time billionaire dari publikasi yang sama, harta Low Tuck kini menyentuh US$ 4 miliar atau bertambah Rp 20,80 triliun (US$ 1,45 miliar) dalam satu kuartal. Saat ini ia tercatat sebagai orang terkaya keenam di Indonesia.
Adapun saham yang dimiliki sepanjang tahun ini telah tumbuh lebih dari 60%, sedangkan dalam setahun terakhir harganya telah melonjak hingga 240%.
