Rupiah Mau Menguat? Tunggu Petunjuk Pak Perry Dulu

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
Selasa, 24/05/2022 08:10 WIB
Foto: CNBC Indonesia/Muhammad Sabki

Jakarta, CNBC Indonesia - Setelah Jumat pekan lalu sukses mencatat penguatan pertama di bulan Mei, rupiah akhirnya kembali melemah melawan dolar Amerika Serikat (AS) awal pekan kemarin.

Seperti biasa, di awal perdagangan rupiah mampu menguat 0,14%, tetapi di penutupan rupiah malah melemah dengan persentase yang sama di Rp 14.670/US$.

Pelaku pasar menanti pengumuman kebijakan moneter Bank Indonesia (BI) pada perdagangan hari ini, Selasa (24/5/2022).


Gubernur BI Perry Warjiyo dan kolega akan mengumumkan hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) siang nanti, konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia memperkirakan BI 7 Day Reverse Repo Rate (BI 7-DRRR) bertahan di 3,50%.

Dari 15 institusi yang terlibat dalam pembentukan konsensus tersebut hanya dua yang memproyeksi BI akan menaikkan suku bunga acuan bulan ini.

Artinya, masih ada peluang BI akan memberikan kejutan. Ekonom OCBC Wellian Wiranto memperkirakan BI sudah akan menaikkan suku bunga acuan bulan ini.

"Kami memperkirakan BI akan menaikkan suku bunga acuan sebesar 25 bps pada minggu ini. Kenaikan untuk menekan tekanan inflasi," ujar Wellian, kepada CNBC Indonesia.

Jika BI benar memberikan kejutan, maka rupiah akan mendapat suntikan tenaga dan tidak menutup kemungkinan berbalik menguat lagi melawan dolar AS.

Secara teknikal setelah berkonsolidasi sejak awal tahun ini di kisaran Rp 14.240/US$ sampai Rp 14.400/US$, rupiah akhirnya melewati batas atas tersebut di akhir bulan lalu hingga terus mengalami pelemahan.

Rupiah pada Jumat (20/5/2022) mampu mencatat penguatan pertama di bulan ini setelah tertahan di dekat resisten kuat di kisaran Rp 14.730/US$ yang merupakan Fibonacci Retracement 61,8%. Fibonacci Retracement tersebut ditarik dari level terendah 24 Januari 2020 di Rp 13.565/US$ dan tertinggi 23 Maret 2020 di Rp 16.620/US$.
Sayangnya, rupiah kemarin kembali melemah.

Grafik: Rupiah (USD/IDR) Harian
Foto: Refinitiv

Sementara itu indikator Stochastic pada grafik harian berada di wilayah overbought.

Stochastic merupakan leading indicator, atau indikator yang mengawali pergerakan harga. Ketika Stochastic mencapai wilayah overbought (di atas 80) atau oversold (di bawah 20), maka harga suatu instrumen berpeluang berbalik arah.

Indikator stochastic yang berada di wilayah overbought tentunya membuka peluang penguatan rupiah.

Grafik: Rupiah 1 Jam
Foto: Refinitiv

Sementara itu Stochastic pada grafik 1 jam bergerak mendatar di dekat level 50.

Resisten terdekat kini berada di kisaran Rp 14.700/US$. Jika dilewati, rupiah sekali lagi akan menguji Rp 14.730/US$.

Selama tertahan di bawah Rp 14.730/US$, rupiah berpeluang kembali menguat di pekan ini dengan support di kisaran Rp 14.600/US$. Penembusan di bawah level tersebut akan membuka peluang ke Rp 14.520/US$ hingga Rp 14.490/US$ di pekan ini.

Support terdekat berada di kisaran Rp 14.620.US$. Rupiah berpeluang menguat ke kisaran Rp 14.600/US$ hingga Rp 14.590/US$ jika mampu menembus konsisten level tersebut.

TIM RISET CNBC INDONESIA 


(pap/pap)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Perang Bikin Rupiah Anjlok, Tembus Rp 16.400-an per Dolar AS