Harga Minyak Diramal US$140/bl, Saatnya Harga Pertalite Naik?

Robertus Andrianto, CNBC Indonesia
18 May 2022 16:35
Ilustrasi: Labirin pipa dan katup minyak mentah di Strategic Petroleum Reserve di Freeport, Texas, AS 9 Juni 2016. REUTERS / Richard Carson / File Foto
Foto: Ilustrasi: Labirin pipa dan katup minyak mentah di Strategic Petroleum Reserve di Freeport, Texas, AS 9 Juni 2016. REUTERS / Richard Carson / File Foto

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga minyak mentah dunia diproyeksi akan mencapai level US$ 140 per barel. Jika prediksi ini tepat, apakah akan jadi waktu yang pas untuk pemerintah menaikkan harga BBM Pertalite dan gas LPG 3 Kg?

Jeremu Boulton, analis pasar Reuters, mengatakan harga minyak mentah dunia jenis brent bisa menyentuh US$ 142 per barel. Lebih tinggi dari harga saat ini yaitu US$ 112,7 per barel.

Jeremy menggunakan analisis teknikal menggunakan indikator Fibonacci Retracement dan Ichimoku.

"Minyak mentah Brent telah menembus kembali di atas awan Ichimoku harian. Minyak naik sekitar US$ 60 per barel setelah penembusan serupa terakhir," tulis Jeremy dalam analisisnya.

"Proyeksi Fibo dari ekstrem 2022 adalah US$ 125, US$ 133, dan US$ 142 per barel," tambahnya.

Proyeksi Harga Minyak MentahFoto: Reuters
Proyeksi Harga Minyak Mentah

Saat harga minyak mentah menyentuh level tersebut, maka harga minyak mentah Indonesia (Indonesia Crude Oil Price/ICP) akan ikut terkerek naik. Hal ini tentu saja bisa jadi pemicu kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis RON 90 atau Pertalite dan gas tabung LPG.

Pada bulan April harga minyak mentah Indonesia tercatat US$ 102,51 per barel. Meskipun telah turun dari bulan Maret sebesar US$ 113,5 per barel, namun CPI stabil di atas US$ 100 per barel. Ini sejalan dengan harga minyak mentah dunia.

Adapun jika dibandingkan dengan asumsi harga minyak dalam APBN 2022 tentunya harga ICP saat ini sudah cukup jauh. Pasalnya, asumsi harga minyak dalam APBN 2022 dipatok sebesar US$ 63 per barel.

Meskipun harga minyak mentah telah naik, harga BBM yang dijual Pertamina khususnya Pertalite tetap berada jauh dari harga pasar. Padahal harga BBM di stasiun bahan bakar lain sudah dijual mendekati harga keekonomiannya.

Untuk diketahui, pemerintah dipastikan bakal menanggung subsidi yang cukup besar dari dua jenis Bahan Bakar Minyak (BBM), yang saat ini belum mengalami penyesuaian harga. Di antaranya yakni Solar dan Pertalite, bahkan juga untuk LPG 3 Kilo gram (kg).

Sesuai Keputusan Menteri ESDM Nomor 37.K/HK.02/MEM.M/2022, dinyatakan bahwa wilayah penugasan penyediaan dan pendistribusian JBKP meliputi seluruh wilayah NKRI. Adapun harga eceran JBKP untuk jenis bensin RON 90 (Pertalite) di titik serah, setiap liternya ditetapkan sebesar Rp 7.650, sudah termasuk PPN dan PBBKB. Padahal harga keekonomian Pertalite saat ini menembus level Rp 13.000 per liter.

Artinya ada selisih Rp 5.350 per liter. Dengan kuota Pertalite menjadi 28,05 juta kiloliter (KL), maka harus subsidi Pertalite bisa mencapai Rp 150,07 triliun rupiah.

Jika harga minyak kemudian terus naik dan mengerek harga keekonomian Pertalite, maka beban akan semakin besar. Pertamina harus menangung beban dari tingginya harga minyak. Sebab Pertamina harus membeli minyak mentah setiap hari, namun Pemerintah barus bisa membabayarnya beberapa tahun kemudian.

Jika masalah tersebut tidak teratasi ada potensi terkena shortage of cash yang bisa berimbas pada pengadaan pasokan bbm.

Belum lagi beban pembiayaan yang mungkin membengkak karena untuk pengadaan dan pendistribusian bbm Pertamina berasal dari pinjaman. Ditambah nilai dolar saat ini sedang tinggi, sehingga bisa utang akan semakin mahal.

Menurut Direktur Eksekutif ReforMiner Institute, Komaidi Notonegoro, penggunaan formula yang tepat akan menghasilkan harga JBKP yang sesuai dengan keekonomian. "Untuk harganya saya kira tidak jauh dengan harga pesaing untuk RON yang sama," ujarnya.

Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Arifin Tasrif sebelumnya buka suara atas rencana kenaikan harga BBM Pertalite itu. Saat ini pihaknya masih melihat perkembangan sehingga rencana kenaikan harga Pertalite itu belum dijalankan. "Belum ada (kenaikkan harga), masih liat perkembangan jadi belum ada rencana," terang Menteri Arifin di Kantor Kementerian ESDM, Jumat (13/5/2022).

TIM RISET CNBC INDONESIA

 


(ras)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Stok Minyak AS Berkurang, Harga Minyak Dunia Masih Stagnan

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular