Usai Anjlok Pekan Lalu, IHSG Sesi I Ditutup Menguat 0,75%

Arif Gunawan, CNBC Indonesia
Selasa, 17/05/2022 11:58 WIB
Foto: Dok: Ajaib

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berakhir menguat pada penutupan perdagangan sesi pertama Selasa (17/5/2022), di tengah antisipasi investor atas rilis data neraca perdagangan Indonesia.

IHSG membuka perdagangan dengan menguat tipis, sebesar 0,09%, je level 6.603,89 dan berakhir menguat 0,75% atau 49,69 poin ke 6.647,68 pukul 11:30 WIB. Nilai perdagangan turun ke Rp 9,2 triliun dengan melibatkan lebih dari 15 miliaran saham yang berpindah tangan 945 juta kali.

Menurut data PT Bursa Efek Indonesia (BEI), sejak perdagangan dibuka IHSG sudah tercatat menguat tipis. Namun, selang beberapa menit, IHSG melesat lebih dari 1%. Level tertinggi hariannya di level 6.703,051, sedangkan level terendahnya di 6.574,13 pada awal perdagangan.


Mayoritas saham menguat yakni sebanyak 313 unit, sedangkan 226 unit lainnya melemah dan 144 sisanya flat. Investor asing mencetak pembelian bersih (net buy) senilai Rp 89,27 miliar di seluruh pasar. Sedangkan di pasar reguler tercatat pembelian bersih (net buy) senilai 79,22 miliar.

Saham utama yang mereka buru PT Bank Rakyat Indonesia (BBRI) dan PT Adaro Minerals Indonesia Tbk (ADMR) dengan nilai pembelian bersih masing masing sebesar Rp 247,7 miliar dan Rp 50 miliar. BBRI naik 4,47% ke Rp 4.440/unit dan ADMR naik 4,27% ke 2.440/unit.

Sebaliknya, saham yang mereka jual terutama adalah PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) dan PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI) dengan nilai penjualan bersih masing-masing sebesar Rp 125,9 miliar dan 63,1 miliar. Keduanya berjalan beriringan di mana BBCA naik 1,02% di Rp 7.400/unit sedangkan BMRI juga naik 0,96% ke Rp 7.875/unit.

Investor masih menanti rilis data ekonomi berupa perdagangan internasional. Selain itu, sentimen masih dipicu seputar inflasi dan kenaikan suku bunga acuan ditambah lagi, masih berlanjutnya konflik Rusia dan Ukraina yang belum memperlihatkan tanda perdamaian.

Pada Senin (16/5/2022) China yang merupakan ekonomi terbesar kedua dunia melaporkan tekanan ekonomi. Penjualan ritel China per April anjlok 11,1% dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu, lebih parah dari perkiraan analis yang memperkirakan koreksi 6,1%, jika mengacu pada jajak pendapatReuters.

Meski demikian, investor tidak serta merta diliputi ketakutan. Dari dalam negeri, mereka menanti rilis neraca perdagangan setelah beberapa waktu lalu Presiden Joko Widodo melarang ekspor minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO) dan produk turunannya (bahan baku minyak goreng).

Akibatnya, surplus neraca perdagangan Indonesia untuk bulan April 2022 diperkirakan mengecil menjadi US$ 3,16 miliar berdasarkan konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia, atau lebih rendah dari surplus Maret 2022 yang mencapai US$ 4,53 miliar.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(ags/ags)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Perang Masih Panas, Bisnis Packaging Kertas Bersiap Antisipasi