Mengintip 'Emas Cair' Calon Terkuat Pengganti Pupuk

Teti Purwanti, CNBC Indonesia
17 May 2022 08:20
FILE PHOTO: Gold bars are seen in this picture illustration taken at the Istanbul Gold Refinery in Istanbul March 12, 2013.  REUTERS/Murad Sezer/File Photo
Foto: Ilustrasi Emas (REUTERS/Murad Sezer)

Jakarta, CNBC Indonesia - Perang di Ukraina telah meningkatkan risiko krisis kelaparan di seluruh dunia. Ini terjadi lantaran Ukraina tidak dapat mengekspor biji-bijian, pupuk, hingga minyak sayur.

Tekanan ini membuat para ilmuwan berpikir air kencing atau urine bisa menjadi solusi untuk membantu tanaman tumbuh dan memperkuat ketahanan pangan. Orang-orang mungkin tidak menyangka Battleboro, sebuah kota di negara bagian Vermont, Amerika Serikat (AS), sebagai tuan rumah lomba pipis.

Setiap tahun, sekitar 200 peserta bersaing mengumpulkan urine paling banyak untuk memenangkan piala. Dan, yang lebih penting, untuk menyuburkan tanaman.

Turnamen ini diselenggarakan oleh Rich Earth Institute, sebuah organisasi nirlaba lokal yang mempasteurisasi urine yang disumbangkan dan memasoknya ke pertanian untuk digunakan sebagai pengganti pupuk sintetis.

Urine mengandung nitrogen, fosfor, kalium, dan mikronutrien, yang semuanya bisa membantu tanaman tumbuh. Untuk mendukung program itu, lembaga tersebut memasang toilet khusus di sebagian besar rumah para sukarelawan, yang dapat memisahkan urine dari sumbernya, sehingga nantinya dapat dipompa keluar dan diangkut ke tempat yang dibutuhkan.

"(Para sukarelawan) sangat bangga dengan apa yang mereka lakukan. Mereka melihatnya sebagai cara lain untuk mendaur ulang," ujar Direktur Penelitian Rich Earth Institute, Abraham Noe-Hays, seperti dikutip dari situs Deutsche Welle, Selasa, (17/5/2022).

Mengubah urine menjadi pupuk tidak terbatas pada komunitas ini. Perusahaan spin-off Rich Earth sedang mengembangkan sistem yang bisa digunakan di gedung-gedung, sehingga dapat memperluas program ke tempat lain.

Lebih jauh di negara-negara seperti Swedia, Prancis, Jerman, Afrika Selatan, dan Australia, organisasi lain bekerja untuk menggunakan kembali limbah manusia dalam upaya mengurangi ketergantungan pada pupuk komersial, yang memiliki serangkaian tantangan lingkungan dan ekonomi.

Pupuk nitrogen sintetis mencemari air tanah dan merupakan pendorong perubahan iklim yang signifikan. Produksi dan penggunaan pupuk tersebut menyumbang 2,4% dari emisi global, menurut sebuah studi pada 2021.

Cadangan fosfor global juga menyusut dan petani di seluruh dunia telah menghadapi kekurangan dengan melonjaknya harga sejak Rusia, pengekspor pupuk utama, menyerang Ukraina. Para ilmuwan telah lama menilai sumber daya yang ditemukan dalam kotoran manusia sebagai cara untuk mengurangi ketergantungan impor.

"Ketika ada guncangan pada rantai pasokan, bagaimana kita menanam makanan? Mendaur ulang urine, kita menambah ketahanan sistem pangan kita," kata Prithvi Simha, peneliti di Universitas Ilmu Pertanian Swedia (SLU).


(vap/vap)
[Gambas:Video CNBC]

Tags
Recommendation
Most Popular