
Rupiah di Level Terlemah 1,5 Tahun, Bisa Bangkit Pekan Ini?

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terpuruk melawan dolar Amerika Serikat (AS) pada pekan lalu hingga menyentuh level terlemah dalam 1,5 tahun terakhir. Derasnya arus modal keluar dari Indonesia membuat rupiah kehilangan tenaga.
Dalam sepekan, rupiah tercatat melemah 0,79% ke Rp 14.610/US$, yang merupakan level terlemah sejak November 2020, melansir data Refinitiv.
Aksi jual masif melanda pasar saham. Data pasar menunjukkan sepanjang pada periode 9 - 13 Mei lalu, investor asing tercatat melakukan aksi jual bersih sebesar Rp 8,41 triliun di pasar reguler, dan ditambah pasar tunai dan nego nilainya mencapai Rp 9,11 triliun.
Tidak hanya di pasar saham, pasar obligasi Indonesia yang sudah kurang menarik menjadi semakin terpuruk.
Capital outflow yang terjadi di pasar obligasi sekunder semakin masif pada pekan lalu. Data dari Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan menunjukkan pada periode 9 - 12 Mei terjadi capital outflow sebesar Rp 9,11 triliun.
Dengan demikian, total dana yang menguap di pasar saham dan obligasi dalam sepekan lebih dari Rp 23 triliun, yang membuat rupiah kesulitan menguat.
Tekanan bagi rupiah masih berisiko berlanjut di pekan ini, apalagi melihat sentimen pelaku pasar yang masih belum membaik. Hal ini terlihat dari bursa saham AS (Wall Street) yang masih belum mampu menguat di awal pekan ini.
Secara teknikal setelah berkonsolidasi sejak awal tahun ini di kisaran Rp 14.240/US$ sampai Rp 14.400/US$, rupiah akhirnya melewati batas atas tersebut di awal bulan ini. Selama tertahan di atas Rp 14.400/US$, risiko rupiah mengalami tekanan cukup besar.
Indikator Stochastic pada grafik harian berada di wilayah overbought.
Stochastic merupakan leading indicator, atau indikator yang mengawali pergerakan harga. Ketika Stochastic mencapai wilayah overbought (di atas 80) atau oversold (di bawah 20), maka harga suatu instrumen berpeluang berbalik arah.
![]() Foto: Refinitiv |
Indikator stochastic yang berada di wilayah overbought tentunya membuka peluang penguatan rupiah.
Support terdekat berada di kisaran Rp 14.560/US$, jika mampu menembusnya rupiah berpeluang menguat menuju Rp 14.525/US$ hingga Rp 14.500/US$ di pekan ini.
Sementara jika tertahan di atas Rp 14.600/US$, rupiah berisiko melemah ke Rp 14.630/US$ hingga Rp 14.650/US$.
Resisten kuat selanjutnya berada di kisaran Rp 14.730/US$ yang merupakan Fibonacci Retracement 61,8%. Fibonacci Retracement tersebut ditarik dari level terendah 24 Januari 2020 di Rp 13.565/US$ dan tertinggi 23 Maret 2020 di Rp 16.620/US$.
Jika resisten tersebut ditembus dan rupiah tertahan di atasnya maka risiko ke Rp 15.000/US$ akan semakin besar.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Kabar Dari China Bakal Hadang Rupiah ke Bawah Rp 15.000/US$?
