Saham Konsumer Diburu, Dow Jones Dibuka Menguat

Arif Gunawan, CNBC Indonesia
Jumat, 13/05/2022 21:11 WIB
Foto: Ekspresi Trader di lantai bursa amerika di New York Stock Exchange (NYSE) di New York City, AS, 12 November 2018. REUTERS / Brendan McDermid

Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa saham Amerika Serikat (AS) menguat pada pembukaan perdagangan Jumat (13/5/2022), di tengah tekanan pasar selama sepekan yang kian mendekatkan bursa utama AS ke zona bearish (koreksi berkepanjangan).

Indeks Dow Jones Industrial Average dibuka menguat 200 poin (+0,8%) pada pukul 08:30 waktu setempat (20:30 WIB), dan selang 30 menit menjadi 373,65 poin (+1,18%) ke 32.103,95. Indeks Nasdaq lompat 344,75 poin (+3,03%) ke 11.715,71 sedangkan S&P 500 bertambah 75,1 poin (+1,91%) ke 4.005,16.

Indeks S&P 500 sempat terhitung anjlok lebih dari 17% dari rekor tertingginya sepanjang masa sehingga secara teknis berpotensi terkategori bearish, jika penurunan semakin dalam hingga 20%. Indeks Dow Jones telah menurun selama enam hari beruntun.


Kebanyakan saham konsumer menjadi penopang reli, di antaranya American Express dan Salesforce yang masing-masing melonjak sekitar 4%. Sebaliknya saham teknologi tertekan, di mana Twitter anjlok 13% setelah Elon Musk mengumumkan rencana akuisisi masih tertahan oleh negosiasi terkait detil kebijakan penanganan terhadap akun palsu.

Pasar saham telah merosot selama berbulan-bulan, dimulai dengan saham emiten teknologi yang telah mencetak pertumbuhan tinggi akhir tahun lalu. Pada Kamis (12/5), saham Apple menjadi bear stock hingga menghapus keuntungan yang diraih sejak Maret 2020.

"Anda mendapati pasar yang sangat ingin menemukan dasarnya, agar menciptakan reli yang melegakan. Namun hingga akhir perdagangan ternyata belum ada hari yang merekapitulasi itu semua," kata Andrew Smith, Kepala Perencana Investasi Delos Capital Advisors, seperti dikutip CNBC International.

Bursa telah kesulitan beberapa bulan ini karena inflasi tinggi dan bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) berupaya menaikkan suku bunga acuan secara agresif. Ketua The Fed Jerome Powell pada Kamis (12/5) menyatakan tidak bisa menjamin pendaratan yang halus yang menurunkan inflasi tanpa menyebabkan resesi.

Meski pasar saham menikmati reli pada dua pekan setelah kenaikan suku bunga pertama The Fed pada bulan Maret, kenaikan tersebut dengan cepat terhapus oleh performa di bulan April dan aksi jual berlanjut pada bulan Mei.

Perkembangan dalam pasar kripto juga membuat pelaku pasar cemas pekan ini, di mana bitcoin jatuh jauh di bawah US$ 30.000 sementara stable coin berjuang untuk mempertahankan posisinya.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(ags/ags)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Pilah Pilih Investasi "Harga Diskon" Saat Ekonomi Melemah