
Tertekan Sejak Pagi, IHSG Ditutup Menguat Tipis di Sesi 1

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menguat tipis pada penutupan perdagangan sesi pertama Jumat (13/5/2022) di tengah rilis data cadangan devisa di dalam negeri yang tergerus.
IHSG membuka perdagangan di zona merah ke 6.586,57 dan berakhir menguat 0,11% atau 7.040 poin ke 6.606,88 pada akhir sesi pertama pukul 11:30 WIB. Nilai perdagangan naik ke Rp 10,5 triliun dengan melibatkan lebih dari 14 miliaran saham yang berpindah tangan 864 juta kali.
Menurut data PT Bursa Efek Indonesia (BEI), sejak perdagangan dibuka IHSG sudah anjlok signifikan sampai 1%, indeks langsung turun ke bawah level psikologis 6.700. Setelah tertekan berlarut, menjelang penutupan perdagangan IHSG akhirnya menemukan titik cerah.
Level tertinggi hariannya berada di angka 6.612,21 sedangkan level terendah hariannya tercatat 6.509,87 pada pukul 9-an. Mayoritas saham menguat yakni sebanyak 271 unit, sedangkan 252 unit lain melemah dan 146 sisanya flat.
Tekanan jual yang besar membuat IHSG tertekan. Investor asing mencetak penjualan bersih (net sell) senilai Rp 1,4 triliun di seluruh pasar. Sedangkan di pasar regional tercatat penjualan bersih (net sell) senilai 651,22 miliar.
Saham yang mereka buru PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG) dan PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk (AMRT) dengan nilai pembelian bersih masing masing sebesar Rp 54,7 miliar dan Rp 26,0 miliar. ITMG naiK 5,34% ke Rp 31075/saham dan AMRT naik 3,99% ke 1565/saham.
Sebaliknya, saham yang mereka jual terutama PT Bank Rakyat Indonesia (BBRI) dan PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) dengan nilai penjualan bersih masing-masing Rp 302,4 miliar dan 188,7 miliar. BBRI naik 0,46% di Rp 4.340/saham sedangkan BBCA tumbuh 1,37% ke Rp 7.375/saham.
Sepanjang perdagangan IHSG berada di zona merah hingga sebelum penutupan sesi pertama ditutup menguat tipis dipicu oleh sentimen eksternal dan internal. Tekanan jual masih begitu kuat diikuti dengan beberapa sentimen perlu dicermati oleh pelaku pasar pada perdagangan hari ini.
Dari dalam negeri, Bank Indonesia (BI) melaporkan cadangan devisa per akhir bulan lalu di angka US$ 135,7 miliar, berkurang US$ 3,4 miliar dibandingkan Maret 2022. Angka ini lebih buruk dari proyeksi Trading Economics yang memperkirakan angka US$ 137,9 miliar.
BI telah melaporkan data penjualan ritel tumbuh 2,6% secara bulanan dan 9,3% secara tahunan pada Maret 2022. Berdasarkan hasil survei penjualan eceran (SPE), responden memperkirakan penjualan ritel tumbuh 6,8% dibanding Maret 2022 seiring dengan momentum puasa Ramadan.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ags/ags)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Saham Bank Diburu, IHSG Awet Menghijau Hingga Closing Sesi 1