Review

Ini Jawara Pencetak Laba Terbesar Emiten LQ45

Feri Sandria, CNBC Indonesia
13 May 2022 07:12
Infografis/ Hujan Cuan, Ini 11 Saham LQ45 Diam-diam Bisa Bikin Tajir/Aristya Rahadian
Foto: Infografis/ Hujan Cuan, Ini 11 Saham LQ45 Diam-diam Bisa Bikin Tajir/Aristya Rahadian

Jakarta, CNBC Indonesia - Memasuki dua minggu terakhir kuartal kedua tahun 2022, emiten- yang tergabung dalam indeks LQ45 satu persatu mulai melaporkan kinerja keuangannya. Dimulai dengan emiten perbankan, hingga Kamis (12/5) tercatat setengah dari konstituen indeks tersebut (23 emiten) telah menyampaikan kinerja perusahaan selama tiga bulan pertama tahun ini.

LQ45 sendiri merupakan indeks yang mengukur kinerja harga dari 45 saham yang memiliki likuiditas tinggi dan kapitalisasi pasar besar serta didukung oleh fundamental perusahaan yang baik.

Secara agregat, hingga akhir Maret tahun ini 23 perusahaan tersebut memiliki gabungan pendapatan senilai Rp 358,12 triliun, naik 18,06% dari periode yang sama tahun lalu atau mengalami kenaikan pendapatan Rp 54,79 triliun.

Dari ke-23 perusahaan tersebut nyaris semuanya melaporkan kenaikan pendapatan dengan hanya Bank BNI (BBNI) dan Gudang Garam (GGRM) yang pendapatan usahanya terkoreksi. Meski demikian nilainya relatif tipis atau tidak mencapai 2%.

Lebih fantastis lagi adalah agregat meningkah lebih tajam atau bertambah Rp 19,98 triliun dari Maret tahun lalu. Kenaikan tersebut setara dengan pertumbuhan 40,66% dari laba bersih 23 emiten LQ45 yang secara nominal jumlahnya mencapai Rp 69,14 triliun, dengan hanya satu emiten yang melaporkan kerugian yaitu Chandra Asri Petrochemical (TPIA).

Jika dari sisi top line nyaris semua mengalami kenaikan, kondisi bottom line emiten LQ45 sedikit lebih bervariasi dengan delapan perusahaan mencatatkan kinerja yang lebih buruk dari periode yang sama tahun lalu. Hal tersebut terjadi karena pertumbuhan laba tidak tersebar merata dengan emiten perbankan serta perusahaan yang bergerak di sektor komoditas tumbuh lebih cepat.

Selain TPIA yang berbalik rugi, Excel Axiata (EXCL) mencatatkan koreksi paling dalam, dengan laba tergerus hingga 56%.

Berikut merupakan ikhtisar keuangan dari 23 emiten LQ45 yang telah melaporkan kinerja keuangan kuartal ketiga tahun ini.


Lima emiten dengan laba terbesar

  • Bank Rakyat Indonesia (BBRI) dengan total laba bersih Rp 12,16 triliun
  • Bank Mandiri (BMRI) dengan total laba bersih Rp 10,03 triliun
  • Bank Central Asia (BBCA) dengan total laba bersih Rp 8,06 triliun
  • Telkom Indonesia (TLKM) dengan total laba bersih Rp 7,85 triliun
  • Astra Internasional (ASII) dengan total laba bersih Rp 6,86 triliun

Lima emiten dengan pertumbuhan laba terbesar

  • Adaro Energy (ADRO) tumbuh 458% secara tahunan (yoy)
  • Summarecon Agung (SMRA) laba tumbuh 373% secara tahunan (yoy)
  • United Tractors (UNTR) laba tumbuh 131% secara tahunan (yoy)
  • Vale Indonesia (INCO) laba tumbuh 101% secara tahunan (yoy)
  • Perusahaan Gas Negara (PGAS) laba tumbuh 92% secara tahunan (yoy)

Lima emiten dengan pertumbuhan pendapatan terbesar

  • Adaro Energy (ADRO) pendapatan tumbuh 77%
  • United Tractors (UNTR) pendapatan tumbuh 56%
  • Pembangunan Perumahan (PTPP) pendapatan tumbuh 51%
  • Astra Internasional (ASII) pendapatan tumbuh 39%
  • Summarecon Agung (SMRA) laba tumbuh 37%

Berikut secara lengkap kinerja dari 23 emiten yang tergabung dalam indeks LQ45 yang telah menyiarkan laporan keuangannya kepada pemegang saham, hingga Kamis 12 Mei 2022.

Tahun ini LQ45 memulai tahun dengan torehan yang luar biasa, memandu kinerja bursa secara keseluruhan yang memiliki kinerja terbaik di kawasan Asia.

Hal ini berkebalikan dari tahun lalu, yang mana menurut data bursa keranjang saham blue chip ini terkoreksi tipis 0,37% sepanjang tahun 2021. Meski masih negatif, torehan tersebut jauh membaik dari kondisi selama kuartal ketiga, di mana indeks tersebut bahkan sempat melemah di kisaran 10% sejak awal 2021.

Sama seperti Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), LQ45 juga tampaknya tahan-perang dan tahan-kenaikan suku bunga di kancah global. Setidaknya sampai pengumuman kenaikan suku bunga siklus kedua di AS, yang diumumkan kala bursa libur merayakan lebaran.

Lepas libur panjang, LQ45 langsung mengalami koreksi dalam dengan laju lebih cepat dari IHSG. Setelah sempat naik tipis, kondisi ini semakin diperparah dengan pernyataan petinggi Bank Indonesia yang siap menaikkan suku bunga apabila kondisi inflasi semakin buruk.

Dari awal tahun hingga sehari sebelum libur lebaran, LQ45 tercatat mampu naik lebih dari 15%, semenjak itu pertumbuhannya terpangkas dan kini tersisa 6,63%.

 

Sementara itu saham-saham yang sempat naim tajam sejak awal tahun lalu, kini juga mulai mendingin bahkan beberapa di antaranya rutin ditutup di zona merah, dan pada akhirnya memangkas pertumbuhan pesat yang dicatatkan sebelumnya.

Saham yang tercatat naik signifikan dipenuhi oleh emiten dengan kapitalisasi pasar jumbo atau yang bergerak di sektor perbankan, pertambangan dan energi. Adapun emiten dengan koreksi dalam mayoritas masih didominasi oleh emiten yang bergerak di sektor konstruksi atau real estate.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(fsd/fsd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Dibuka Menguat, Saham Blue Chip Bikin IHSG Ambles

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular