Bukan Asing yang Bikin IHSG Ambrol 2%, tapi...

Tri Putra, CNBC Indonesia
12 May 2022 11:29
Layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin (9/5/2022). (CNBC Indonesia/ Andrean Kristianto)
Foto: Layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin (9/5/2022). (CNBC Indonesia/ Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) masih diterpa tekanan yang kuat sehingga anjlok nyaris 2% hari ini, Kamis (12/5/2022).

Hingga pukul 11.03 WIB, IHSG drop 1,99% ke level 6.680. Sekali lagi, indeks keluar dua level psikologis sekaligus yakni 6.800 dan 6.700 hanya dalam hitungan jam. Bahkan sebelum sesi I berakhir.

Investor asing terpantau net sell sebesar Rp 173 miliar di pasar reguler. Sebenarnya net sell asing tak terlalu besar jika dibandingkan dengan tiga hari perdagangan terakhir yang mencapai angka triliunan rupiah.

Asing masih berkutat melakukan penjualan saham-saham big cap perbankan. Berikut ini adalah saham-saham yang paling banyak dilepas asing:

  • PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) net sell Rp 237 miliar
  • PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) net sell Rp 71 miliar
  • PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA) net sell Rp 67 miliar
  • PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) net sell Rp 52 miliar
  • PT Bumi Resources Tbk (BUMI) net sell Rp 20 miliar

Sentimen negatif yang datang dari Wall Street membuat bursa saham Asia termasuk Indonesia kebakaran. Di kawasan Asia, IHSG mencatatkan kinerja terburuk.

Namun rata-rata koreksi yang dialami oleh indeks acuan bursa saham lain juga lebih dari 1%. Hanya Shang Hai Composite saja yang berhasil selamat dari zona koreksi. Indeks acuan saham China tersebut terpantau menguat 0,17%.

Semalam Wall Street kembali ditutup dengan koreksi setelah rilis data inflasi AS bulan April 2022. Indeks S&P 500 serta Dow Jones ambles masing-masing sebesar 1,65% dan 1,02%. Sementara itu Nasdaq Composite anjlok 3,18%.

Indeks Harga Konsumen (IHK) April melompat 8,3% atau lebih buruk dari ekspektasi ekonomi dan analis dalam polling Dow Jones yang memperkirakan angka 8,1%. Namun, realisasi tersebut masih lebih landai dari inflasi Maret yang tercatat sebesar 8,5%.

Inflasi inti, yang mengecualikan harga energi dan makanan, melompat 6,2% atau lebih buruk dari ekspktasi sebesar 6%. Dalam basis bulanan, inflasi tercata sebesar 0,3% sedankan inflasi inti sebesar 0,6%.

Dari dalam negeri, Bank Indonesia (BI) melaporkan penjualan ritel tumbuh 2,6% secara bulanan dan 9,3% secara tahunan pada Maret 2022.
Berdasarkan hasil survei penjualan eceran (SPE), responden memperkirakan penjualan ritel akan tumbuh 6,8% dibanding bulan Maret 2022 seiring dengan adanya momentum puasa Ramadan.

Namun rilis data ekonomi domestik yang bagus tersebut tidak mampu menjadi katalis positif untuk IHSG. Harap maklum karena sentimen eksternal memang masih dominan.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(hps/hps)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Pasca libur Lebaran, IHSG Rontok 4,42% ke Bawah 7.000

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular