Kripto Mulai Bangkit, Tapi Bitcoin Masih Loyo

chd, CNBC Indonesia
11 May 2022 11:15
Ilustrasi Cryptocurrency (Photo by Pierre Borthiry on Unsplash)
Foto: Ilustrasi Cryptocurrency (Photo by Pierre Borthiry on Unsplash)

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga kripto utama cenderung beragam dengan mayoritas menguat pada perdagangan Rabu (11/5/2022), di mana investor cenderung memanfaatkan momentum harga rendah untuk memburunya atau disebut buy on dip.

Melansir data dari CoinMarketCap pada pukul 09:00 WIB, koin digital (token) Bitcoin dan Cardano masih mencatatkan koreksi pada pagi hari ini. Bitcoin melemah 0,47% ke level harga US$ 30.860,55/koin atau setara dengan Rp 448.095.186/koin (asumsi kurs Rp 14.520/US$) dan Cardano ambles 3,43% ke level US$ 0,6175/koin (Rp 8.966/koin).

Sedangkan sisanya berhasil rebound. Token alternatif (altcoin)terbesar yakni Ethereum menguat 1,04% ke level US$ 2.343,54/koin atau Rp 34.028.201/koin, BNB melonjak 2,71% ke US$ 317,47/koin (Rp 4.609.664/koin), Solana melesat 2,08% ke US$ 65,9/koin (Rp 956.868/koin), dan Dogecoin bertambah 0,84% ke US$ 0,1078/koin (Rp 1.565/koin).

Berikut pergerakan 10 kripto utama pada hari ini.

Kripto

Bitcoin terpantau masih terkoreksi pada hari ini. Tetapi, koreksinya sudah jauh terpangkas dibandingkan dengan perdagangan Selasa kemarin yang sempat ambruk nyaris 9%.

Sebagian kripto lainnya juga mulai kembali bangkit dari zona koreksinya, sejalan dengan bangkitnya pasar saham Amerika Serikat (AS) pada penutupan perdagangan Selasa kemarin waktu AS.

Beberapa altcoin pun mulai menghijau di kisaran 2%-3%, seperti yang terjadi di token Binance Coin (BNB), Solana, dan Avalanche. Sedangkan Dogecoin mulai masuk kembali ke jajaran 10 besar.

Bursa saham AS (Wall Street) secara mayoritas mulai menghijau setelah sempat terkoreksi parah dalam beberapa hari terakhir. Indeks S&P 500 ditutup menguat 0,25% dan Nasdaq Composite melesat 0,98%. Namun, indeks Dow Jones masih mencatatkan koreksi sebesar 0,26% kemarin.

Selain rebound-nya dua indeks utama di Wall Street, melandainya imbal hasil (yield) obligasi pemerintah AS (US Treasury) juga turut menjadi sentimen positif bagi pasar kripto.

Memang saat ini, yield Treasury tenor 10 tahun berada di bawah level psikologis 3%, tetapi masih tak jauh dari kisaran level 3%, atau lebih tepatnya saat ini berada di level 2,995%.

Di lain sisi, investor cenderung memanfaatkan momentum harga rendah untuk memburunya atau disebut buy on dip.

Sementara itu, korelasi Bitcoin dengan indeks S&P 500 saat ini berada pada titik tertinggi sepanjang masa. Ini menandakan bahwa pasar cryptocurrency lebih sensitif terhadap pengaruh kondisi makroekonomi seperti suku bunga acuan dan kondisi global saat ini.

Meski pasar cenderung bersemangat pada hari ini, tetapi ada sedikit kabar kurang menggembirakan datang, di mana investor Bitcoin sempat dilanda panic mode karena turunnya harga token stablecoin yang cukup kontroversial yakni TerraUSD, di mana targetnya berada di bawah US$ 1.

Perdagangan TerraUSD tidak mencerminkan token stablecoin pada umumnya yang lebih stabil daripada token kripto non-stablecoin. Bahkan, pergerakan token TerraUSD seperti kripto biasa yang terkenal akan volatilitasnsya.

Pada Senin malam, harga terraUSD anjlok di bawah 70 sen dolar AS. Coinbase mencatat terraUSD turun hingga 62 sen. Namun pada hari Selasa kembali menguat pada 90 sen.

Kondisi ini terjadi karena para pemegangnya mulai meninggalkan stablecoin itu, seperti dikutip dari CNBC International, Selasa (10/5/2022) kemarin. Para pemegangnya seakan membuat fenomena 'bank run' atau penarikan dana besar-besaran.

TerraUSD merupakan stablecoin yang diikat dengan dolar AS yang dibuat Terraform Singapura. Ini merupakan algoritmik dan bagian dari proyek blockchain Terra. Tujuannya untuk melacak nilai dolar, persis seperti stablecoin Tether dan USD Coin (USDC).

Namun, TerraUSD tidak punya uang tunai dan aset lain yang disimpan sebagai cadangan sebagai pendukung tokennya. Stablecoin tersebut menggantinya dengan campuran kode kompleks, bersama dengan 'saudara tokennya' yakni Terra atau Luna, untuk menstabilkan harga. Ini secara teori.

CNBC Internasional mencatat hal tersebut penting bagi investor Bitcoin. Sebab Luna Foundation Guard punya miliaran dolar dalam Bitcoin dan berpotensi dibuang ke pasar kapanpun. Bila ini dilakukan, maka harga Bitcoin berpotensi juga jatuh.

"Tiap investor profesional di kripto memiliki satu mata di terraUSD hari ini, mereka mengawasi untuk melihat apakah bisa dipertahankan kaitannya dengan dolar. Jelas ada risiko signifikan di pasar," jelas kepala investasi Bitwise Asset Management, Matt Hougan.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(chd/chd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Crypto Crash! Bitcoin Cs Babak Belur, Ada Apa Ini?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular