
Rupiah Menguat Lagi Lawan Dolar AS, Tapi 'PHP' Gak Nih?

Jakarta, CNBC Indonesia - Rupiah kembali menguat melawan dolar Amerika Serikat (AS) di awal perdagangan Selasa (10/5/2022). Tetapi, seperti pergerakan awal pekan kemarin rupiah berisiko berbalik melemah sebab sentimen pelaku pasar yang masih memburuk. Selain itu, perbedaan kebijakan moneter di Amerika Serikat dan Indonesia juga membuat rupiah kesulitan menguat.
Melansir data Refinitiv, rupiah membuka perdagangan dengan menguat 0,07% ke Rp 14.545/US$. Tetapi tidak lama, rupiah stagnan di Rp 14.555/US$ dan tertahan di level tersebut hingga pukul 10:07 WIB.
Bursa saham AS (Wall Street) kembali mengalami aksi jual dan jeblok awal pekan kemarin. Hal tersebut menjadi indikasi sentimen pelaku pasar yang masih buruk. Indeks Dow Jones jeblok 2%, S&P 500 ambrol 3,2% dan Nasdaq paling parah merosot hingga 4,3%.
Aksi jual itu pun kembali merembet ke Indonesia, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kembali jeblok nyaris 3%, dengan investor asing melakukan jual bersih lebih dari 500 miliar, yang membuat rupiah berisiko berbalik melemah.
Sementara itu berbeda dengan banyak bank sentral di berbagai negara, Bank Indonesia (BI) masih mempertahankan sikap dovish-nya.
Pada pengumuman hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) edisi April, Gubernur BI Perry Warjiyo menyatakan masih bersabar untuk menaikkan suku bunga. Ia sekali lagi menegaskan kebijakan moneter tidak merespon administered prices atau harga yang ditentukan pemerintah.
Yang direspon oleh BI adalah dampak second round yang terlihat dari inflasi inti. BI juga menyatakan terus berkoordinasi dengan Kementerian Keuangan.
"Esensinya sabar, menunggu koordinasi lebih lanjut, pada waktunya kami akan menjelaskan, komitmen kami menjaga stabilitas, mendorong pertumbuhan ekonomi," kata Perry dalam jumpa pers usai RDG, Selasa (19/4/2022).
Yang menarik, rupiah meski mengalami tekanan hebat sejak akhir April lalu tetapi sepanjang tahun ini pelemahannya tidak terlalu besar.
Sepanjang tahun ini, rupiah tercatat melemah sekitar 2% saja, padahal indeks dolar AS melesat tinggi.
Inflasi di Indonesia memang sudah terus menanjak. Badan Pusat Statistik (BPS) kemarin mengumumkan data inflasi Indonesia periode April 2022 tumbuh 0,95% dibandingkan sebulan sebelumnya (month-to-month/mtm). Ini menjadi rekor tertinggi sejak 2017.
Sementara dibandingkan April 2021 (year-on-year/yoy), terjadi inflasi 3,47%. Ini adalah yang tertinggi sejak 2019.
Inflasi inti dilaporkan tumbuh 2,6% (yoy), tertinggi sejak Mei 2020 tetapi sedikit lebih rendah dari hasil polling Reuters 2,61% (yoy). Hingga April lalu, inflasi inti sudah naik dalam 7 bulan beruntun.
BI akan mengadakan Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada 23 dan 24 Mei mendatang, pelaku pasar akan melihat apakah sikap BI akan berubah atau masih tetap dovish.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Kabar Dari China Bakal Hadang Rupiah ke Bawah Rp 15.000/US$?
