
Yield SBN Tenor 1-10 Tahun Naik Pesat, Ada Apa?

Jakarta, CNBCIndonesia - Harga obligasi pemerintah atau Surat Berharga Negara (SBN) ditutup melemah pada perdagangan Senin (9/5/2022), di mana perdagangan pasar obligasi pemerintah RI kembali dibuka setelah selama sepekan lebih ditutup karena adanya libur panjang hari raya Idul Fitri 1443 H.
Investor kompak melepas SBN pada hari ini, ditandai dengan menguatnya imbal hasil (yield) di seluruh tenor SBN acuan.
Dari SBN tenor 1 tahun hingga 10 tahun, yield-nya mengalami kenaikan cukup signifikan hingga lebih dari belasan basis poin (bp). SBN tenor 1 tahun menjadi yang paling besar kenaikan yield-nya yakni naik sebesar 26 bp ke level 4,647%.
Sedangkan kenaikan yield yang terkecil terjadi di SBN berjatuh tempo 30 tahun yang hanya naik 0,4 bp ke level 7,065%.
Sementara untuk yield SBN tenor 10 tahun yang merupakan SBN acuan negara menguat 17,2 bp ke level 7,17%. Yield SBN tenor 10 tahun kembali menyentuh lebih dari 7% pada hari ini.
Yield berlawanan arah dari harga, sehingga naiknya yield menunjukkan harga obligasi yang sedang melemah, demikian juga sebaliknya. Satuan penghitungan basis poin setara dengan 1/100 dari 1%.
Kenakan yield SBN terjadi seiring dengan cenderung positifnya data ekonomi RI yang dirilis pada hari ini. Adapun data ekonomi RI yang dirilis hari ini adalah data pertumbuhan ekonomi pada kuartal pertama tahun 2022 dan data inflasi pada April lalu.
Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan ekonomi Indonesia pada kuartal I-2022 tumbuh 5,01% secara tahunan (year-on-year/yoy). Jauh lebih baik ketimbang periode yang sama tahun lalu di mana Produk Domestik Bruto (PDB) berkontraksi 0,7%.
Selain PDB RI pada kuartal I-2022, BPS juga merilis data inflasi pada April 2022. BPS mencatat terjadi inflasi 0,95% secara bulanan (month-to-month/mtm), tertinggi sejak 2017.
Kepala BPS, Margo Yuwono menyebut ada sejumlah komoditas yang mengerek inflasi. Utamanya adalah minyak goreng, bensin khususnya Pertamax, daging ayam ras, tarif angkutan udara, dan ikan segar.
Menurutnya, kelompok pengeluaran terbesar hanya disumbangkan oleh dua komponen. Pertama makanan, minuman, dan tembakau, kemudian yang kedua adalah transportasi.
Pada April 2022, andil inflasi kelompok makanan, minuman, dan tembakau adalah 0,46%. Beberapa komoditas yang memberi andil signifikan antara lain minyak goreng (0,19%), daging ayam ras (0,09%), dan ikan segar (0,04%).
Sementara andil inflasi di kelompok transportasi adalah 0,19%. Harga yang memberikan andil inflasi tinggi antara lain bensin Pertamax (0,15%) dan tarif angkutan udara (0,08%).
Sementara itu, kenaikan yield SBN juga terjadi di tengah melonjaknya yield obligasi pemerintah Amerika Serikat (AS), US Treasury tenor 10 tahun yang kini masih berada di atas level 3%. Bahkan pada hari ini sudah berada di kisaran level 3,18%.
Dilansir dari CNBC International, yield Treasury tenor 10 tahun naik 5,7 bp ke level 3,181%, dari sebelumnya pada penutupan perdagangan Jumat pekan lalu di level 3,124%.
Kenaikan yield Treasury tenor 10 tahun yang masih terjadi hingga kini disebabkan karena investor cenderung merespons negatif dari sikap bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) yang semakin agresif untuk menaikan suku bunga acuannya.
Sebelumnya pada Kamis dini hari waktu Indonesia pekan lalu, bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed)memutuskan untuk menaikkan suku bunga acuan sebesar 50 basis poin (bp).
Tidak hanya menaikkan suku bunga, The Fed juga akan mengurangi nilai neracanya, sehingga likuiditas di perekonomian AS akan terserap lebih banyak, dengan harapan inflasi bisa terkendali.
Yield yang terus tinggi akan membuat investor berbondong-bondong memborong surat utang pemerintahan Presiden Joseph 'Joe' Biden, karena yield-nya dinilai semakin kompetitif dan investor cenderung melepas aset berisiko seperti saham dan kripto.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(chd/chd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Pasar SBN Masih Diburu Investor, Yieldnya Turun Lagi