
Bursa Regional Ambruk, China Lockdown, Indeks Shanghai Naik

Jakarta, CNBC Indonesia - Saat bursa Asia-Pasifik kembali ditutup di zona merah, indeks Shanghai Composite China berhasil unjuk gigi, meski cenderung tipis-tipis pada perdagangan Senin (9/5/2022).
Indeks Shanghai ditutup naik tipis 0,09% ke level 3.004,14 pada perdagangan hari ini. Bahkan untuk indeks saham China lainnya yakni Shenzhen Component pun ditutup terkoreksi 0,41% ke level 10,765.63
Padahal, sentimen di China sendiri lebih cenderung negatif karena Negeri Panda hingga saat ini masih bergelut dengan pandemi virus corona (Covid-19) yang dinilai lebih buruk dari awal pandemi pada tahun 2020 lalu.
Selain itu, penguatan indeks Shanghai juga terjadi di tengah melambatnya ekspor Negeri Panda akibat adanya karantina wilayah (lockdown) secara ketat di kota besar Shanghai.
Sebelumnya, pemerintah setempat melaporkan pertumbuhan ekspor China melambat menjadi satu digit, terlemah dalam hampir dua tahun yakni hanya tumbuh 3,9%, dari sebelumnya tumbuh 14,7% pada Maret lalu.
Sedangkan impor hampir tidak berubah pada bulan lalu. Hal ini karena disebabkan dari terhambatnya produksi pabrik dan menurunnya permintaan domestik sebagai akibat dari penerapan lockdown ketat.
"Wabah virus di China menyebabkan kesulitan besar dalam rantai produksi dan rantai pasokan," kata Chang Ran, analis senior di Zhixin Investment Research Institute, dikutip dari Reuters.
"Sementara itu, beberapa negara di Asia Tenggara telah beralih dari pemulihan ke ekspansi produksi, menggantikan ekspor China sampai batas tertentu," tambah Chang.
Namun, penguatan beberapa saham di Shanghai mampu menopang indeks Shanghai dan berhasil ditutup menghijau tipis.
Saham sektor farmasi seperti Sh Pharmaceutical menjadi penopang utama, di mana harga sahamnya melesat 5,34% pada hari ini.
Selain saham farmasi, beberapa saham lainnya juga menjadi penopang Shanghai hari ini, seperti saham China Railway Construction yang melonjak 2,55% dan saham China Railway Group yang melejit 2,2%.
Sementara itu, bursa Asia-Pasifik lainnya terpantau kembali berjatuhan pada hari ini. Indeks Nikkei Jepang ditutup ambruk 2,53% ke level 26.319,34, Straits Times Singapura melemah 0,57% ke 3.273,29, ASX 200 Australia ambles 1,18% ke 7.120,7, dan KOSPI Korea Selatan ambrol 1,27% ke posisi 2.610,81.
Adapun untuk Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup anjlok 4,42% ke level 6.909,75, setelah selama sepekan lebih tidak dibuka karena adanya libur panjang Idul Fitri 1443 H.
Sementara untuk indeks Hang Seng Hong Kong pada hari ini tidak dibuka karena sedang libur nasional.
Pelaku pasar di Asia-Pasifik cenderung masih merespons negatif dari langkah bank sentral Amerika Serikat (AS) yang makin agresif untuk mengetatkan kebijakan moneternya untuk memerangi inflasi yang tinggi.
Sebelumnya pada Kamis pekan lalu, bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed)memutuskan untuk menaikkan suku bunga acuan sebesar 50 basis poin (bp).
Tidak hanya menaikkan suku bunga, The Fed juga akan mengurangi nilai neracanya, sehingga likuiditas di perekonomian AS akan terserap lebih banyak, dengan harapan inflasi bisa terkendali.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(chd/chd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Covid-19 di China Ganas Lagi, Bursa Sahamnya Kolaps 5%
