Usai Libur Lebaran, IHSG Terkapar di Penutupan Sesi Pertama

Arif Gunawan & Aulia Mutiara, CNBC Indonesia
Senin, 09/05/2022 12:03 WIB
Foto: Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Pasca-libur panjang lebaran, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berakhir di zona merah pada akhir perdagangan sesi pertama Senin (9/5/2022), terimbas berbagai sentimen buruk dalam dan luar negeri seminggu terakhir.

Membuka perdagangan di 7.154,91, indeks acuan utama bursa ini sempat ambrol hingga 3,88% atau 280,6 poin ke 6.948,31 pada pukul 11:30 WIB. Nilai perdagangan turun ke Rp 15 triliun dengan melibatkan lebih dari 15 miliaran saham yang berpindah tangan sekitar 1 juta kali

Menurut data PT Bursa Efek Indonesia (BEI), sejak perdagangan dibuka, indeks ambruk signifikan lebih dari 3%. Level tertinggi hariannya hanya di angka 7.156,48 sementara level terendah hariannya di angka 6.896,99. Mayoritas saham melemah yakni sebanyak 421 unit, sedangkan151 lain menguat dan 117 sisanya flat. Di sisi lain, investor asing mencetak pembelian bersih (net buy), senilai Rp 1,69 triliun.


Saham yang mereka buru yaitu PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR) dan PT United Tractors Tbk (UNTR) dengan nilai pembelian bersih masing masing sebesar Rp 91,9 miliar dan Rp 51,4 miliar. UNVR tercatat naik 3,86% ke Rp 4.040/saham sementara UNTR turun 1,82% ke 29.725/saham.

Sebaliknya, saham yang mereka jual terutama adalah PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) dan PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) dengan nilai penjualan bersih masing-masing sebesar Rp 784,8 miliar dan 485,7 miliar. Keduanya berjalan beriringan di mana BBCA turun 5,54% di Rp 7.675/saham sedangkan BBRI anjlok 6,57% ke Rp 4.550/saham.

Berbagai sentimen eksternal telah mengisi perdagangan satu minggu terakhir, mulai dari perkembangan perang Rusia Ukraina yang diwarnai dengan embargo minyak oleh Uni Eropa.

Sentimen lain muncul dari pengetatan moneter oleh bank sentral Amerika Serikat (AS) atau Federal Reserve (The Fed) maupun Bank of England (BoE) dalam rangka menjinakkan inflasi yang telah mencapai level tertinggi dalam puluhan tahun terakhir.

Dari dalam negeri, hari ini akan ada dua sentimen utama yang datang dari rilis data ekonomi. Pertama adalah terkait inflasi. Kedua adalah terkait pertumbuhan ekonomi. Kondisi ini menyebabkan investor masih mengamati kondisi pasar.

Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia memperkirakan inflasi April mencapai 0,85% secara bulanan (month-to-month/mtm). Jika terwujud, maka ia akan menjadi rekor tertinggi sejak Januari 2017. Inflasi tahunan April 2022 diperkirakan 3,4% tertinggi sejak April 2018.

Adapun konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia memperkirakan Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia tumbuh 5,05% yoy atau lebih baik ketimbang kuartal IV-2021 (5,02%) dan kuartal I-2021 (-0,7%).

TIM RISET CNBC INDONESIA


(ags/ags)
Saksikan video di bawah ini:

Video: IHSG Menguat, Pasar Modal RI Masih Jadi Pilihan Investor