Tak Hanya Perang, 'Kiamat' Babi China Bikin Inflasi Dunia

Lalu Rahadian, CNBC Indonesia
09 May 2022 08:00
A show pig looks out from its enclosure in the Swine Barn at the Iowa State Fair in Des Moines, Iowa, U.S., August 8, 2019.    REUTERS/Brian Snyder
Foto: Ilustrasi babi (REUTERS/Brian Snyder)

Jakarta, CNBC Indonesia - Perang Rusia dan Ukraina yang telah berlangsung berbulan-bulan bukan menjadi sebab satu-satunya inflasi di dunia. Faktor lain yang memengaruhi inflasi juga datang dari China.

Sumbangsih China terhadap inflasi terjadi pasca terganggunya produksi pupuk dan babi negara itu. Hal ini diungkap Peterson Institute for International Economics (PIIE).

"Perang Rusia di Ukraina telah menelan korban yang mengejutkan di kawasan itu," tulis analis PIIE Chad Bown dan Yilin Wang, dikutip dari CNBC Internasional, Senin (9/5/2022).

"Ini juga berkontribusi pada krisis pangan global, karena Rusia memblokir ekspor pupuk penting yang dibutuhkan oleh petani di tempat lain, dan peran Ukraina sebagai lumbung pangan untuk Afrika dan Timur Tengah telah dihancurkan."

Para analis memilih pembatasan dan tarif yang diberlakukan oleh China dalam dua komoditas utama yakni pupuk dan daging babi.

Harga pupuk di China dan di seluruh dunia mulai naik tahun lalu, sebagai akibat dari permintaan yang kuat dan harga energi yang lebih tinggi. Kondisi semakin parah pasca konflik Rusia dan Ukraina pecah.

"Kombinasi hambatan nontarif ini menyebabkan ekspor pupuk China menurun tajam. Dengan lebih banyak produksi disimpan di dalam negeri, harga pupuk China turun dan bahkan mulai turun," tulis para analis.

Harga daging babi yang lebih tinggi secara global dimulai pada 2018. ketika itu China - yang kemudian menghasilkan setengah dari pasokan daging babi dunia - melihat populasi babinya dilanda wabah besar demam babi Afrika.

Hal ini membuat China memusnahkan 40% dari kawanan babi, yang menyebabkan harga daging babinya naik lebih dari dua kali lipat pada akhir 2019.
Kemudian harga dunia mengikuti, melonjak 25% karena China mengimpor lebih banyak daging babi dan menarik pasokan dari pasar, menurut PIIE.

"China mengurangi tekanan harga di dalam negeri mulai tahun 2019 dengan memanfaatkan impor sebelum baru-baru ini menutupnya. Kebijakan ini mempengaruhi seluruh dunia," tulis analis PIIE.

Beijing juga memotong tarif impor daging babi pada tahun 2020, yang kemungkinan menyebabkan konsumen di tempat lain menderita harga yang lebih tinggi sebagai akibat dari penurunan pasokan, kata lembaga think tank tersebut.


(vap/vap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article 'Hantu' Inflasi Lepas dari Kekangan, Aset Ini Masih Moncer?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular