Hari Kemenangan! Rupiah & Ringgit Bikin Keok Dolar Singapura

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
Senin, 02/05/2022 12:50 WIB
Foto: Ilustrasi Penukaran Uang (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar finansial Indonesia dan Malaysia libur Hari Raya Idul Fitri pada Senin (2/5/2022). Di hari kemenangan ini, baik rupiah dan ringgit masih diperdagangkan di pasar luar negeri, hasilnya keduanya sukses membuat dolar Singapura tumbang.

Melansir data Refinitiv, pada pukul 11:13 WIB, SG$ 1 setara Rp 10.450/SG$, turun 0,22%. Di saat yang sama, melawan ringgit dolar Singapura juga turun 0,2% ke MYR 3,1377/SG$.

Dolar Singapura melawan ringgit memang lebih unggul, sebab sebelumnya pada Rabu (27/4/2022) lalu, sempat melesat dan mencatat rekor tertinggi sepanjang masa melawan ringgit di MYR 3,175/SG$ sebelum berbalik turun hingga hari ini. Dari rekor tersebut ke level saat ini, dolar Singapura turun sekitar 1,2%.


Sementara melawan rupiah, dolar Singapura masih cenderung menurun. Padahal Otoritas Moneter Singapura (Monetary Authority of Singapore/MAS) udah mengetatkan kebijakannya pertengahan bulan lalu.

MAS pada Kamis (14/4/2022) mengumumkan merubah titik tengah (centre) menjadi lebih tinggi, dan sedikit menaikkan slope.

Untuk diketahui, di Singapura, tidak ada suku bunga acuan, kebijakannya menggunakan S$NEER (Singapore dollar nominal effective exchange rate), yang terdiri dari kemiringan (slope), lebar (width) dan titik tengah (centre).

Sebelumnya MAS sudah menaikkan slope sebanyak dua kali pada Oktober 2021 dan Januari tahun ini. Slope berfungsi membuat penguatan/penurunan dolar Singapura lebih cepat/lambat.

Ketika slope dinaikkan, maka dolar Singapura bisa menguat lebih cepat, begitu juga sebaliknya.

Beberapa hari terakhir dolar Singapura berbalik melemah melawan ringgit sebab harga minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO) yang terus meroket sehingga menguntungkan Malaysia yang merupakan produsen terbesar kedua setelah Indonesia.

Sepanjang pekan lalu, harga CPO di Bursa Malaysia ditutup di MYR 7.104/ton. melesat 11,79% secara point-to-point. Ini adalah kenaikan mingguan tertinggi sejak pekan pertama Mei tahun lalu.

Lonjakan harga CPO tidak lepas dari kebijakan pemerintah Indonesia. Presiden Joko Widodo (Jokowi) memutuskan untuk melarang ekspor CPO dan produk-produk turunannya. Hal ini ditempuh demi menekan harga minyak goreng.

Artinya, kebijakan yang diambil Jokowi tersebut membuat Malaysia lebih untung, sementara Indonesia kehilangan triliunan rupiah akibat larangan ekspor tersebut.

TIM RISET CNBC INDONESIA 


(pap/pap)
Saksikan video di bawah ini:

Video: IHSG Menguat, Pasar Modal RI Masih Jadi Pilihan Investor