
Top! dari Rugi, BUMI Cetak Laba Ratusan Juta Dolar di 2021

Jakarta, CNBC Indonesia - PT Bumi Resources Tbk (BUMI) berhasil mencetak laba bersih konsolidasi US$ 488,6 juta, dengan rincian laba yang diatribusikan ke pemilik entitas induk mencapai US$ 168 juta dan kepentingan non pengendali US$ 320,6 juta.
Berbeda dengan tahun 2020, dimana Bumi masih tercatat mengalami kerugian sebesar US$ 338 juta yang diperkecil menjadi rugi US$ 293,8 juta, seiring adanya secuil laba yang diatribusikan kepada kepentingan non pengendali US$ 44,1 juta.
Berdasarkan laporan keuangan yang dipublikasi perusahaan, Jumat, 29 April 2022, positifnya kinerja perusahaan tidak lepas dari melambungnya harga komoditas batu bara. Dimana realisasi harga batu bara di 2021 naik 52% year on year menjadi US$ 67.4/ton. Sementara realisasi harga batu bara 2020 sebesar US$ 44.2/ton.
Alhasil BUMI berhasil mencetak pendapatan hingga mencapai US$ 5.419 juta di 2021 atau rekor tertinggi yang berhasil dibukukan perusahaan. Sebelumnya di 2020 bumi hanya membukukan pendapatan sebesar US$ 3.680 juta.
Capaian itu juga mendorong beban pendapatan BUMI ikut melonjak, dari US$ 3.245 juta di 2020 menjadi US$ 4.038,3 di 2021. Sehingga Laba bruto BUMI tercatat sebesar US$ 1.380,8 juta.
Disisi lain, beban usaha juga meningkat jadi US$ 267,6 juta, dan membuat laba usaha BUMI jadi US$ 1.113 juta. Sementara itu, beban pendapatan lain-lain turun jadi US$ 125,8 juta dari sebelumnya sebesar US$ 422,7 juta di 2020. Kondisi tersebut membuat laba sebelum pajak menjadi US$ 987,2 juta.
"Meskipun situasi pandemi yang menantang, curah hujan yang tinggi karena efek La Nina, dan harga energi yang tinggi, Perseroan mencatat pendapatan tertinggi dan pendapatan operasional lebih dari USD 1 miliar berkat harga komoditas global yang tinggi," kata Director & Corporate Secretary PT Bumi Resources Tbk (BUMI) Dileep Srivastava.
Dileep juga mengakui, bahwa dampak pandemi Covid-19 sangat bepengaruh pada kinerja sektor di tahun 2021, namun sinyal pemulihan di sektor batubara mulai terlihat dan berlanjut pada kuartal pertama tahun 2022.
"Dengan kembalinya optimisme sektor, dan tren kenaikan harga batubara, Perseroan berharap dapat meningkatkan kinerja yang signifikan di FY'2022," terang Dileep.
lebih lanjut ujarnya, peristiwa penting berlanjutnya fenomena La Nina sejak kuartal 4 2021 (prakiraan hingga Mei 2022), konflik yang terjadi di Eropa Timur, serta kesulitan menghadirkan kemampuan energi terbarukan untuk menggantikan bahan bakar fosil akan membuat harga batubara tetap tinggi tahun ini dan berikutnya.
(dpu/dpu)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Video: Private Placement Lagi, Utang BUMI Lunas?