
Bikin Rugi Rp 287 T, Bos Archegos Ditangkap & Ini Modusnya

Jakarta, CNBC Indonesia - Bill Hwang, pendiri Archegos Capital Management telah ditangkap oleh otoritas AS dan didakwa dengan tuduhan pemerasan, penipuan, dan manipulasi pasar.
Dakwaan yang dibacakan pada hari Rabu (27/4) waktu AS menuduh Hwang dan mantan kepala keuangan Patrick Halligan, menggunakan Archegos sebagai "instrumen manipulasi pasar dan penipuan" dengan "konsekuensi luas bagi partisipan lain di pasar sekuritas Amerika Serikat".
Hwang dan Halligan mengaku tidak bersalah dalam sidang dakwaan di pengadilan federal Manhattan.
Siapa Archegos?
Archegos adalah sebuah family office yang dibentuk untuk mengelola uang milik orang kaya dengan aturan yang lebih fleksibel dari pada dititipkan ke manajer hedge fund. Archegos sendiri mengelola uang pribadi milik Bill Hwang.
Meskipun namanya kurang familiar sebelum skandal tahun lalu, perusahaan ini berhasil menarik perhatian banyak bank besar. Modal Archegos naik signifikan dari US$ 1,5 miliar pada Kredit 2020 menjadi US$ 35 miliar setahun kemudian, dengan eksposur aset membengkak hingga US$ 160 miliar.
Keruntuhan Archegos menyebabkan kerugian miliaran dolar bagi bank investasi termasuk Kredit Suisse, UBS, Nomura dan Morgan Stanley setelah gagal memenuhi panggilan margin (margin call), dengan lebih dari US$ 100 miliar valuasi dari belasan perusahaan lenyap karena karena dilego terkait skandal Archegos.
Bagaimana Archegos mengelabui bank besar dunia?
Bill Hwang merupakan alumni dari Tiger Capital, perusahaan investasi asal AS yang didirikan oleh murid dari investor legendaris Julian Robertson. Hwang sendiri pernah memimpin Togar Asia Manajemen sebelum akhirnya tersandung kasus insider trading dan harus membayar US$ 44 juta kepada komisi bursa AS tahun 2012.
Pelanggaran tersebut membuatnya dilarang melakukan transaksi di bursa Hong Kong selama empat tahun. Ia pun segera menutup perusahaan investasi tersebut dan memilih membangun family office yang mengelola uang pribadinya senilai US$ 200 juta.
Karena sukses dengan saham teknologi, khususnya perusahaan China, modal perusahaan terus bertambah dan mampu menarik perhatian bank-bank investasi besar dunia. Akan tetapi nilainya masih sangat terbatas untuk dapat berenang di samudera bersama 'paus' investasi.
Mengatasi permasalahan modal tersebut, Archegos datang ke beberapa bank investasi kenamaan dan menawarkan investasi Return Swap, yang mana ia akan membayar biaya kepada bank yang memiliki aset yang dia inginkan dan apabila aset tersebut mengalami kerugian ia akan menanggung dan apabila untung, ia yang akan memperoleh cuannya.
Return Swap ini memungkinkan Bill Hwang menguasai banyak aset, tanpa memiliki secara langsung. Sedangkan pihak bank dengan senang hati 'menyewakan' aset yang dimiliki kepada Bill Hwang yang secara track record terbukti mumpuni, dengan risiko kerugian nyaris tidak ada.
Archegos menawarkan jaminan saham yang dimiliki. Awalnya perbandingan saham pribadi dan yang 'disewa' 1 banding 1. Artinya setiap US$ 1 juta yang dimiliki, aset return swap yang diperoleh juga US$ 1 juta. Karena pilihannya terbukti ampuh, dengan aset yang dimiliki nilainya naik, lama-lama rasio ini meningkat hingga 1 banding 4.
Karena kecerdikannya ini, aset yang dimiliki dan harta kekayaannya melambung hingga US$ 20 miliar atau setara dengan Rp 287 triliun (asumsi kurs Rp 14.350/US$). Semakin banyak uang yang dimiliki, hasrat bertaruhnya pun ikut naik.
Lenyapnya kekayaan Bill Hwang dalam waktu dua hari, dimulai dari anjloknya saham Viacom yang mengumumkan akan menawarkan saham senilai US$ 3 miliar untuk membiayai layanan streaming yang sedang dikerjakan. DI hari pengumuman saham Viacom turun 9% dan sehari setelahnya anjlok 23%.
Viacom merupakan salah satu aset yang dipegang oleh Bill Hwang melalui return swap. Akan tetapi, kala itu yang tidak diketahui adalah aset tersebut dipinjam tidak hanya dari satu bank melainkan beberapa bank lain.
Beberapa bank besar yang memiliki aset yang dipegang oleh Bill Hwang termasuk Morgan Stanley, Goldman Sachs, Nomura, Credit Suisse, UBS dan Deutsche Bank. Antara bank tersebut juga tidak saling mengetahui bahwa Bill Hwang 'meminjam' beberapa saham yang sama dari mereka.
Meski ditawarkan untuk memangkas kerugian dengan menutup posisinya oleh salah satu bank, Bill Hwang malah menolak dan memilih membayar kerugian yang dialami. Demi memenuhi margin call, Archegos akhirnya melepas banyak saham yang dimiliki yang menyebabkan jaminan yang semula ditawarkan angkanya tergerus.
Hal ini membuat bank-bank tersebut khawatir, setelah melakukan investigasi dan mengetahui akar masalah, sejumlah bank-bank besar yang terpapar aset milik Archegos bertemu untuk mencari solusi terbaik. Kabar yang beredar Bill Hwang meminjam sekitar US$ 85 juta untuk setiap US$ 20 juta yang dimiliki.
Dilema bagi pemberi pinjaman Hwang sangat jelas. Jika saham di swap miliknya pulih, semua orang akan baik-baik saja. Tetapi jika bahkan satu bank memilih untuk menjual, mereka semua akan terdampak karena harga yang anjlok. Credit Suisse dan Nomura yang meminjamkan banyak aset kepada Archegos ingin menunggu.
Sore harinya , tanpa basa-basi dan memberitahu bank lainMorgan Stanley membuat langkah pencegahan. Mereka diam-diam melepas aset swap Archegos senilai US$ 5 miliar di harga diskon, terutama kepada sekelompok hedge fund.
Keesokan harinya, jauh sebelum Wall Street dibukan, Goldman mulai melikuidasi US$ 6,6 miliar kepemilikannya di Baidu, Tencent Music Entertainment Group, dan Vipshop. Kemudian diikuti dengan US$ 3,9 miliar ViacomCBS, Discovery, Farfetch, Iqiyi, dan GSX Techedu.
Saham-saham tersebut merupakan aset swap milik Bill Hwang.
Secara total kerugian yang dialami oleh bank-bank investasi besar karena Archegos ditaksir mencapai US$ 10 miliar (Rp 143,5 triliun), dengan seluruh kekayaan Bill Hwang senilai US$ 20 miliar (Rp 287 triliun) ikut lenyap.
Nomura melaporkan kerugian US$ 2.9 miliar, sedangkan UBS mengungkapkan kerugian $861 juta dari bencana tersebut.
Kerugian paling besar dialami Credit Suisse sebesar US$ 5,4 miliar. Adapun Morgan Stanley yang sempat melakukan aksi pencegahan masih juga mengalami kerugian senilai US$ 911 juta.
Bank raksasa asal Jepang, MUFG dan Mizuho masing-masing diperkirakan mengalami kerugian hingga US$ 300 juta dan US$ 90 juta. Goldman Sachs, Deutsche Bank dan Wells Fargo lolos dari bencana ini.
Skandal yang saat ini sedang disidang di meja hijau, dapat merubah lanskap investasi khususnya terkait aturan yang diberlakukan. Kejatuhan Archegos yang merupakan family office telah memantik upaya penegakan peraturan baru dari regulator di komisi bursa AS, yang telah lama mendorong untuk mengubah pengungkapan bagi investor besar.
TIM RISET CNBCÂ INDONESIA
(fsd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Waspada! Binomo Cs Pakai Kedok Ini untuk Jerat Nasabah
