Minyak Meroket, Laba Perusahaan China Ini Tembus Rp49 T di Q1

Wilda Asmarini, CNBC Indonesia
27 April 2022 20:24
Workers inspect equipment at a shale gas field of Sinopec in Fuling, Chongqing, China November 2, 2017. Picture taken November 2, 2017. REUTERS/Stringer
Foto: REUTERS/Stringer

Jakarta, CNBC Indonesia - China Petroleum & Chemical Corp atau Sinopec, perusahaan pengolahan minyak utama di China, melaporkan peningkatan laba bersih sebesar 25% pada kuartal I 2022, tertinggi sejak kuartal III 2020 seiring dengan melonjaknya harga minyak dunia.

Mengutip Reuters, Rabu (27/04/2022), Sinopec mencatatkan laba bersih sebesar 22,61 miliar yuan atau setara US$ 3,45 miliar atau sekitar Rp 49,3 triliun (asumsi kurs Rp 14.300 per US$) pada kuartal I 2022. Jumlah ini meningkat dibandingkan capaian periode yang sama pada 2021 yang sebesar 17,93 miliar yuan, berdasarkan data yang dikirimkan ke Shanghai Stock Exchange.

Kapasitas pengolahan minyak naik 2,7% dari tahun lalu menjadi 64,19 juta ton, atau sekitar 5,21 juta barel per hari (bph), dengan pertumbuhan dibatasi oleh penurunan permintaan bahan bakar mulai Maret karena pemerintah melanjutkan penguncian wilayah (lockdown) untuk menahan penyebaran virus corona.

"Harga minyak global naik tajam pada kuartal pertama, dengan harga spot rata-rata minyak mentah Brent naik 66,3% pada level US$ 101,2 per barel. Sementara permintaan domestik untuk gas alam, minyak sulingan dan produk kimia tetap tumbuh," kata Sinopec dalam laporannya, dikutip dari Reuters, Rabu (27/04/2022).

Namun, total penjualan bahan bakar olahan turun 1,8% selama Januari-Maret, dibandingkan dengan pertumbuhan 6,8% selama periode yang sama tahun lalu, yang mencerminkan pembatasan penggunaan bahan bakar domestik karena pembatasan mobilitas yang ketat dari pemerintah.

Produksi minyak mentah tercatat mencapai 69,07 juta barel, naik 1% pada tahun ini, sementara produksi gas alam meningkat 7,7% menjadi 313,94 miliar kaki kubik.

Adapun laba sebelum pajak dan bunga di departemen eksplorasi dan produksinya hampir tiga kali lipat dibandingkan tahun lalu menjadi 11,5 miliar yuan, sementara sektor kilang membukukan pertumbuhan laba moderat 15% menjadi 22,9 miliar yuan.

Perusahaan kilang minyak ini meningkatkan produksi dieselnya hampir 10% pada tahun ini, tetapi hanya meningkatkan produksi bensin 0,7%. Hal ini menandakan permintaan bensin terdampak atas kebijakan penguncian wilayah yang intensif sejak Maret lalu.


(wia)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Rusia Cut Produksi Minyak 30%, Dunia Terancam Krisis?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular