Yield SBN Menguat Lagi, Tenor 1 Tahun Melonjak 652 Basis Poin

Market - Chandra Dwi Pranata, CNBC Indonesia
27 April 2022 19:10
Sun, Ilustrasi Oligasi Foto: Sun, Ilustrasi Oligasi

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga mayoritas obligasi pemerintah atau Surat Berharga Negara (SBN) ditutup melemah pada perdagangan Rabu (27/4/2022), di mana investor nampak mengabaikan sentimen negatif dari potensi kembali melambatnya ekonomi global.

Mayoritas investor melepas SBN pada hari ini, ditandai dengan naiknya imbal hasil (yield). Hanya SBN bertenor 3 tahun dan 10 tahun yang ramai diburu oleh investor, ditandai dengan turunnya yield dan menguatnya harga.

Melansir data dari Refinitiv, yield SBN tenor 3 tahun melemah 1,5 basis poin (bp) ke level 3,888%, sedangkan yield SBN berjatuh tempo 10 tahun yang merupakan SBN acuan negara turun 2,9 bp ke level 6,995%.

Sementara itu, yield SBN tenor 1 tahun dengan seri FR0061 melonjak cukup tinggi yakni sebesar 651,7 bp ke level 9,911%, dari sebelumnya pada penutupan perdagangan Selasa kemarin di level 3,394%.

Yield berlawanan arah dari harga, sehingga naiknya yield menunjukkan harga obligasi yang sedang melemah, demikian juga sebaliknya. Satuan penghitungan basis poin setara dengan 1/100 dari 1%.

Dari Amerika Serikat (AS), yield surat utang pemerintah (US Treasury) tenor 10 tahun cenderung kembali melemah pada pagi hari ini waktu AS, di tengah kekhawatiran pelaku pasar akan potensi perlambatan ekonomi global.

Dilansir dari CNBC International, yield Treasury tenor 10 tahun turun 0,5 bp ke level 2,767%, dari sebelumnya pada penutupan perdagangan Selasa kemarin di level 2,772%.

Yield Treasury tenor 10 tahun mulai mengalami penurunan karena investor mengkhawatirkan beberapa sentimen negatif di pasar global. Sentimen pertama yakni potensi melambatnya kembali ekonomi global.

Risiko pelambatan ekonomi AS muncul akibat inflasi yang sangat tinggi dan langkah bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) menaikkan suku bunga yang agresif untuk meredamnya.

Kepala Penelitian Fundstrat Global Advisor, Tom Lee telah memprediksikan bahwa kuartal I-2022 akan 'berbahaya', tapi ternyata pasar lebih buruk dari yang dia prediksikan, di mana inflasi yang memburuk sejalan dengan ekspektasi pasar. Meski demikian, dia tetap optimis.

"Ketika pasar obligasi berteriak agar bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) sedikit lebih ketat, sulit bagi pasar saham untuk bertahan dan saya pikir itulah yang sedang kita alami sekarang, tapi saya tidak berpikir untuk menjual ekuitas. Saya tidak berpikir bahwa inflasi akan terus menjadi masalah bahkan di kuartal II-2022," tambahnya.

Selain potensi melambatnya ekonomi global, investor juga khawatir dengan kondisi pandemi virus corona (Covid-19) di China yang makin memburuk.

Pengujian massal baru-baru ini dimulai di ibu kota China, Beijing, setelah lonjakan kasus Covid-19 dilaporkan terjadi selama akhir pekan. Hal itu terjadi karena sebagian besar kota Shanghai masih berada di bawah penguncian (lockdown) yang berkepanjangan.

TIM RISET CNBC INDONESIA


[Gambas:Video CNBC]
Artikel Selanjutnya

The Fed Makin Hawkish, Yield Mayoritas SBN Menguat Lagi


(chd/vap)

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

Terpopuler
    spinner loading
LAINNYA DI DETIKNETWORK
    spinner loading
Features
    spinner loading