Kebutuhan Melonjak, Produsen Batu Bara Genjot Produksi

Eqqi Syahputra, CNBC Indonesia
28 April 2022 09:15
Pekerja melakukan bongkar muat batubara di Terminal Tanjung Priok, Jakarta, Kamis (6/1/2022). Pemerintah memutuskan untuk menyetop ekspor batu bara pada 1–31 Januari 2022 guna menjamin terpenuhinya pasokan komoditas tersebut untuk pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) milik PLN dan independent power producer (IPP) dalam negeri. Kurangnya pasokan batubara dalam negeri ini akan berdampak kepada lebih dari 10 juta pelanggan PLN, mulai dari masyarakat umum hingga industri, di wilayah Jawa, Madura, Bali (Jamali) dan non-Jamali. (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)
Foto: Pekerja melakukan bongkar muat batubara di Terminal Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Kamis (6/1/2022). (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Pamor batu bara sepertinya masih akan bertahan seiring dengan tingginya kebutuhan akan energi. Saham-saham perusahaan batu bara di dunia pun mulai terbang bersama harga komoditas ini.

Salah satunya Thungela Resources Ltd yang muncul menjadi saham batu bara utama dengan kinerja terbaik di dunia. Perusahaan asal Afrika selatan ini telah naik sekitar 1.000% di tengah rebound permintaan batu bara.

Chief Executive Officer Thungela July Ndlovu mengatakan dia berencana untuk mengembangkan dan berinvestasi pertambangan batu bara baru. Dilansir dari Yahoo Finance, perusahaan ini telah 'terbebas' dari pemiliknya yang sebelumnya mempertanyakan kelanjutan investasi lebih lanjut di pertambangan.

Thungela yang berbasis di Johannesburg ini juga membukukan keuntungan yang sangat besar. Keuntungan harga saham perusahaan senilai US$ 2 miliar karena kenaikan sekitar 260% dari batu bara berjangka selama setahun terakhir.

Adapun salah satu penyebab melesatnya permintaan batu bara dan membuat harganya melambung, yakni krisis energi pascapandemi dan dipicu oleh perang Rusia melawan Ukraina.

Meski demikian, di tengah tingginya permintaan kini pasokan batu bara dunia mulai meningkat setelah Rusia menjual batu bara mereka dengan harga murah, serta China yang menggenjot produksinya. Sebagai catatan, produksi batu bara China mencapai 1,08 miliar ton pada kuartal I-2022, meningkat 10,3% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.

Potensi akan peningkatan kebutuhan batu bara di dunia, dan upaya menggenjot produksi juga dialami oleh produsen asal Indonesia. Salah satu produsen batu bara terbesar, PT Bumi Resources Tbk (BUMI) mengakui ada kenaikan permintaan termasuk dari dalam negeri untuk memenuhi kebutuhan energi.

Direktur dan Sektraris Perusahaan BUMI Dileep Srivastava mengatakan pihaknya berkomitmen memenuhi kebutuhan energi dari dalam negeri, setelah itu kebutuhan ekspor. Pasalnya, saat ini produksi batu bara perusahaan masih terkendala la nina yang membuat curah hujan tinggi di area pertambangan.

Akibatnya perusahaan harus menangguhkan beberapa ekspor dan akan menebusnya setelah cuaca membaik.

"Setelah itu kami akan mempertimbangkan untuk memenuhi permintaan tambahan dari pasar baru,"kata Dileep kepada CNBC Indonesia belum lama ini.

Tahun ini BUMI menargetkan produksi bisa mencapai 83-89 juta ton, dengan realisasi harga rata-rata lebih tinggi dibandingkan 2021. Dalam sepekan terakhir harga batu bara sudah melemah 12% point to point. Namun, dalam satu bulan terakhir emas hitam masih menguat 24,2% dan dalam setahun melesat 257,8%


(rah/rah)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Pecah Rekor, BUMI Catat Pendapatan US$ 8,53 Miliar

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular