
Yield Mayoritas SBN Menguat, Tapi Yield SBN 10 Tahun Flat

Jakarta, CNBCÂ Indonesia - Harga mayoritas obligasi pemerintah atau Surat Berharga Negara (SBN) kembali ditutup melemah pada perdagangan Kamis (21/4/2022), meski ketidakpastian kondisi global masih menghantui pasar keuangan global.
Mayoritas investor melepas SBN pada hari ini, ditandai dengan naiknya imbal hasil (yield). Hanya SBN bertenor 1 tahun dan 30 tahun yang ramai diburu oleh investor, ditandai dengan turunnya yield dan penguatan harga.
Melansir data dari Refinitiv, yield SBN tenor 1 tahun melemah 21 basis poin (bp) ke level 2,727%, sedangkan yield SBN berjatuh tempo 30 tahun turun 0,7 bp ke level 7,029%.
Sementara untuk yield SBN bertenor 10 tahun yang merupakan SBN acuan negara cenderung stagnan di level 6,978% pada perdagangan hari ini.
Yield berlawanan arah dari harga, sehingga naiknya yield menunjukkan harga obligasi yang sedang melemah, demikian juga sebaliknya. Satuan penghitungan basis poin setara dengan 1/100 dari 1%.
Sementara itu dari Amerika Serikat (AS), yield obligasi pemerintah (US Treasury) tenor 10 tahun cenderung kembali menguat pada pagi hari ini waktu AS, jelang pidato ketua bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) besok siang waktu AS.
Dilansir dari CNBC International, yield Treasury tenor 10 tahun cenderung naik 3,7 bp ke level 2,873% pada pukul 06:50 waktu AS, dari sebelumnya pada penutupan Rabu kemarin di level 2,836%. Yield Treasury tenor 10 tahun hampir kembali menyentuh level 2,9%.
Ketua The Fed, Jerome Powell akan berbicara tentang ekonomi global pada debat di forum Dana Moneter Internasional (International Monetary Fund) pada pukul 13:00 waktu AS atau Jumat pukul 00:00 WIB
Hal ini terjadi setelah IMF memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi global pada Selasa lalu untuk tahun 2022 dan 2023, karena efek dari perang Rusia-Ukraina.
Investor akan mendengarkan dengan cermat pernyataan Powell untuk petunjuk lebih lanjut seputar rencana The Fed yang akan lebih agresif mengetatkan kebijakan moneternya untuk mengendalikan inflasi.
Di lain sisi, investor juga masih memantau perkembangan dari perang Rusia-Ukraina hingga hari ini, di mana fase kedua konflik terjadi dan berfokus di wilayah Donbas di Ukraina Timur.
Rusia telah menetapkan ultimatum baru untuk merebut kota Mariupol yang telah hancur, di mana pasukan Ukraina dan ratusan warga sipil Ukraina bersembunyi di pabrik baja Azovstal.
Sementara itu, para pejabat di Ukraina terus menyerukan lebih banyak dukungan senjata dan pengiriman yang lebih cepat karena Rusia mulai mengintensifkan bom di Donbas.
Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), Antonio Guterres bertanya kepada Presiden Rusia Vladimir Putin dan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky, apakah mereka akan mengadakan pertemuan lagi dalam waktu dekat.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(chd/chd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Pasar SBN Masih Diburu Investor, Yieldnya Turun Lagi