
Wilmar Produsen Minyak Goreng Rupanya Berbasis di Singapura

Jakarta, CNBC Indonesia - Setelah sekian lama mengalami kelangkaan dan harga tinggi, pihak berwenang mulai bergerak cepat dan mengungkapkan beberapa pihak yang bertanggung jawab dalam skandal tersebut, salah satunya adalah Komisaris Utama PT Wilmar Nabati Indonesia yang telah resmi ditetapkan sebagai salah satu tersangka dalam kasus dugaan korupsi tersebut.
PT Wilmar Nabati Indonesia merupakan perusahaan yang dimiliki secara tidak langsung oleh Wilmar International melalui PT Sentratama Niaga Indonesia (SNI). SNI merupakan anak perusahaan Wilmar di Indonesia yang 100% sahamnya dimiliki perusahaan yang juga merupakan pengendali dari Wilmar Cahaya Indonesia (CEKA) dan PT Multimas Asahan Nabati yang saat ini juga ikut tersandung kasus tersebut.
Walaupun beroperasi luas di Indonesia baik itu dalam bentuk perkebunan kelapa sawit hingga pabrik pengolahan, Wilmar International merupakan perusahaan Singapura yang diperdagangkan secara publik di bursa Singapura.
Meski demikian, Wilmar sejatinya ikut didirikan oleh salah satu taipan asal RI Martua Sitorus, bersama pengusaha Singapura Kuok Khoon Hong.
Minyak sawit (minyak goreng) yang diekstrak dari biji sawit merupakan produk utama Wilmar. Selain minyak goreng, perusahaan juga memproduksi gula dan protein kedelai untuk pakan ternak.
Produk minyak goreng perusahaan yang dijual bebas di pasar Indonesia dan dekat dengan masyarakat termasuk merek Sania dan Fotune.
Berdasarkan data Refinitiv, pemegang saham terbesar Wilmar International adalah Kuok Brothers Sdn. Bhd. Milik salah satu pendiri grup tersebut. Investor utama lainnya termasuk perusahaan properti berkantor pusat di Hong Kong, Kerry Group Ltd, serta perusahaan makanan dan perdagangan komoditas asal AS Archer-Daniels-Midland.
Sementara itu Martua Sitorus sudah tidak lagi memiliki kepemilikan langsung di antara 20 besar pemegang saham di Wilmar International setelah resmi mundur dari perusahaan tahun 2018 lalu.
Melansir The Straits Times, pengunduran diri tersebut terjadi beberapa hari setelah laporan Greenpeace mengaitkan nama Martua dengan perusahaan yang dituduh melakukan deforestasi.
Greenpeace, kala itu menyebut tiga perusahaan perkebunan milik Gama Corp telah membuka ribuan hektar di provinsi Papua dan Kalimantan Barat di Indonesia.
Greenpeace mengatakan temuan itu merusak reputasi Wilmar dan komitmennya pada 2013 untuk menghentikan deforestasi di semua konsesinya.
Secara bersamaan, Wilmar juga mengumumkan pengunduran diri country head untuk Indonesia, Hendri Saksti, yang merupakan saudara ipar Bapak Sitorus.
Meski demikian, Darwin Indigo yang merupakan keponakan Martua Sitorus tercatat sebagai country head Wilmar di Indonesia dan juga merupakan Komisaris Utama di CEKA.
Wilmar masuk dalam Fortune Global 500 dan merupakan anggota Roundtable on Sustainable Palm Oil (RSPO), organisasi yang bertujuan mengembangkan dan mengimplementasikan standar global untuk produksi minyak sawit berkelanjutan.
Salah satu perusahaan terbesar di Singapura
Dalam indeks acuan bursa Singapura (Strait Times Indeks/STI), Wilmar tercatat sebagai perusahaan dengan kapitalisasi pasar terbesar keenam, dengan valuasi mencapai US$ 29,12 miliar (Rp 417,87 triliun). Kapitalisasi pasar Wilmar hanya kalah dari trio bank raksasa Singapura (DBS, OCBC, UOB), Singtel dan Jardine Matheson yang merupakan perusahaan dengan jumlah karyawan terbanyak di Singapura.
Berdasarkan laporan keuangan yang dipublikasikan Wilmar International, sampai dengan akhir tahun 2021, perseroan membukukan pendapatan sebesar US$ 65,79 miliar atau setara dengan Rp 944 triliun (kurs Rp 14.300/US$), melonjak 30% dari capaian US$ 50,52 miliar tahun sebelumnya.
Sementara itu laba bersih perusahaan juga meningkat 23% menjadi US$ 1,89 miliar (Rp 27,12 triliun) dari semula sebesar US$ 1,53 miliar di tahun 2020. Total asetnya sampai tahun 2020 mencapai US$ 58,72 miliar, dengan ekuitas mencapai US$ 22,60 miliar.
Wilmar merupakan perusahaan dengan pendapatan terbesar, nyaris dua kali dari perusahaan di peringkat dua, Jardine Matheson. Akan tetapi dari segi laba bersih, Wilmar berada di peringkat keempat, di belakang trio bank Singapura.
CATATAN: Artikel ini telah direvisi untuk memberikan konteks yang lebih tepat mengenai latar belakang Kerry Group (Hong Kong) yang merupakan pemegang saham Wilmar. Sebelumnya penulis salah mengidentifikasi Kerry Group (Dublin), sebagai pemegang saham.
(fsd/fsd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Ada Dugaan Korupsi Migor.. Ingat Wilmar, Ingat Martua Sitorus
