Asing Masuk Rp 500 M, Analis Sebut Koreksi Saham GoTo Wajar!
Jakarta, CNBC Indonesia - Harga Saham PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO) mengalami penurunan pada perdagangan Rabu ini (20/4/2022). Meski begitu, penurunan ini masih tergolong wajar akibat mekanisme pasar.
Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), harga saham GOTO di awal perdagangan pagi tadi, sempat menyentuh ke level Rp 364 per saham, lebih tinggi dari harga pembukaan pada Rp 358 per saham. Harga kemudian berangsur turun hingga parkir di level Rp 340 per saham di penutupan sesi pertama dan sesi kedua ditutup di level Rp 338 per saham. Penurunan ini belum menyentuh batas auto-reject bawah (ARB).
Menariknya, masih dari data BEI, investor asing mencatatkan net buy (beli bersih) Rp 8,39 miliar pada perdagangan hari ini di pasar reguler dan secara akumulasi sejak listing, investor asing melakukan net buy mencapai Rp 500 miliar di semua pasar. Ini menunjukkan adanya minat investor asing yang bukan sekedar membeli, tapi juga mempertahankan saham GOTO yang dipegangnya.
Pengamat pasar modal Lucky Bayu Purnomo menilai, penurunan harga saham GOTO adalah wajar, termasuk jika melihat pergerakannya sepanjang satu minggu pertama pencatatannya. Pergerakannya juga murni merupakan mekanisme pasar.
"Apabila kita lihat price action, maka bottom line di angka Rp 320 per saham. Jadi topik berikutnya berapa range harga saham GOTO di jangka pendek? Bottom line di Rp 320 dan top line Rp 355," terang Lucky, Rabu (20/4/2022).
Rentang harga tersebut jika pasar bicara jangka pendek. Akan tetapi, menurut Lucky, saham teknologi seperti GOTO bukan untuk investasi jangka pendek.
"GOTO ini memiliki MVS yang memiliki jangka waktu tertentu. Sehingga, saya melihat ini adalah objek jangka panjang lebih dari satu tahun, sehingga saya tidak menganjurkan GOTO untuk jangka pendek," terang Lucky.
Saham dengan hak suara multipel (SDHSM) alias multiple voting share (MVS), menurut Lucky, juga menjadi sentimen tambahan. MVS menyebabkan ada jumlah saham tertentu yang tidak boleh diperdagangkan sehingga likuiditas saham GOTO di pasar menjadi berkurang.
Analogi Warren Buffett
Lucky mengatakan, saham teknologi tidak cocok untuk investasi jangka pendek, karena perusahaan teknologi seperti GOTO memang biasanya punya horizon waktu yang panjang. Warren Buffett, investor kenamaan dengan pengikut yang cukup fanatik di pasar modal, dulu antipati pada perusahaan teknologi. Bahkan, dia cenderung menghindari saham sektor ini.
Tapi, pada kenyataannya dia memiliki saham Apple dan perusahaan payment gateway lain yang bertindak sebagai perusahaan startup. "Jadi, startup itu objek untuk investasi jangka panjang," tandas Lucky.
Kepala Riset Praus Capital Alfred Nainggolan menambahkan, aksi jual GOTO wajar karena dilatarbelakangi oleh profit taking dan cut loss.
"Bagi para pemegang saham GoTo di harga IPO tentu mereka masih dikategorikan profit taking aksi jual mereka melihat penguatan GOTO pasca IPO sudah terbatas, minim sentimen, sehingga saat IHSG mengalami koreksi menjadi momentum mereka untuk merealisasikan gain," terang Alfred.
(dhf/hps)