Setelah Berhasil Juara Kemarin, Rupiah Kini Terkoreksi Lagi!

Annisa Aflaha, CNBC Indonesia
20 April 2022 11:26
Dollar AS - Rupiah (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Foto: Dollar AS - Rupiah (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Kurs rupiah bergerak melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan hari ini, Rabu (20/4/2022), setelah kemarin rupiah berhasil menguat terhadap si greenback. Apa pemicunya?

Melansir data dari Refinitiv, Mata Uang Tanah Air membuka perdagangan dengan terkoreksi tipis 0,03% di Rp 14.340/US$. Kemudian, rupiah melanjutkan koreksinya sebanyak 0,05% ke Rp 14.342/US$ pada pukul 11:00 WIB.

Tanda-tanda rupiah akan kembali melemah sudah terlihat dari pergerakannya di pasar non-deliverable forward (NDF) yang lebih lemah pagi ini ketimbang beberapa saat setelah penutupan perdagangan Selasa (19/4).

Periode

Kurs Selasa (19/4) pukul 15:17 WIB

Kurs Rabu (20/4) pukul 11:02 WIB

1 Pekan

Rp14.335,1

Rp14.349,7

1 Bulan

Rp14.340,0

Rp14.353,0

2 Bulan

Rp14.354,0

Rp14.368,0

3 Bulan

Rp14.372,0

Rp14.386,0

6 Bulan

Rp14.435,0

Rp14.453,0

9 Bulan

Rp14.555,0

Rp14.548,0

1 Tahun

Rp14.670,2

Rp14.682,9

2 Tahun

Rp14.950,0

Rp15.023,0

Penguatan indeks dolar AS di pasar spot tampaknya harus terhenti hari ini. Pukul 11:00 WIB, si 'greenback' melemah 0,25% ke level 100,709 terhadap 6 mata uang dunia. Meski melemah, indeks dolar AS tetap berada pada level 100 dan menekan rupiah.

Hal tersebut masih ditopang oleh rencana bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) untuk menetapkan kebijakan moneter yang agresif dengan menaikkan suku bunga acuan sebesar 50 basis poin yang diakan dimulai pada Mei.

Kemarin, imbal hasil (yield) obligasi pemerintah AS kembali naik ke level tertinggi tiga tahun, di mana yield obligasi tenor 30 tahun menyentuh level 3% karena investor bersiap untuk kenaikan suku bunga acuan oleh The Fed untuk menekan angka inflasi.

Berbeda dengan Gubernur The Fed James Bullard yang terang-terangan memberikan komentar yang agresif, Presiden The Fed Atlanta Raphael Bostic kemarin malah menyatakan keprihatinan pada dampak kenaikan suku bunga terhadap pemulihan ekonomi AS, serta mengatakan bahwa The Fed tidak boleh bergerak begitu agresif karena akan menghambat pertumbuhan.

"Saya pikir saya berada di area yang sama dengan kolega saya secara filosofis. Saya pikir, akan penting bagi kita untuk bersikap netral dan melakukannya dengan cara yang cepat,"tutur Bostic dikutip dari CNBC International.

Sikap netral berada di mana ekonomi berjalan sendiri dengan tingkat yang tidak mendorong atau membatasi pertumbuhan. Bostic mengatakan bahwa suku bunga netral berada di kisaran 2%-2,5%.

Dia juga memperingatkan The Fed untuk berhati-hati saat melangkah karena inflasi dapat memuncak dan berakhir ke zona resesi.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(aaf/aaf)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Rupiah Dekati Rp 15.000/US$, Begini Kondisi Money Changer

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular