
BI Tahan Suku Bunga Terus, Rupiah Sanggup Menguat Lagi?

Jakarta, CNBC Indonesia - Pengumuman kebijakan moneter Bank Indonesia (BI) Selasa kemarin membuat rupiah mampu menguat 0,13% melawan dolar AS ke Rp 14.335/US$. Penguatan tersebut berpeluang berlanjut lagi pada perdagangan Rabu (20/2/2022).
BI dalam pengumuman kebijakan moneter kemarin masih mempertahankan suku bunga acuan sesuai dengan ekspektasi pasar.
"Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia pada 16-17 Maret 2022 memutuskan untuk mempertahankan BI 7-Day Reverse Repo Rate sebesar 3,5%, suku bunga Deposit Facility sebesar 2,75%, dan suku bunga Lending Facility sebesar 4,25%," ungkap Perry Warjiyo, Gubernur BI, dalam jumpa pers usai RDG, Selasa (19/4/2022).
Dengan demikian, suku bunga acuan tidak berubah selama 14 bulan terakhir. Suku bunga acuan 3,5% adalah yang terendah dalam sejarah Indonesia merdeka.
Keputusan Gubernur Perry dan kolega sejalan dengan ekspektasi. Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia sebelumnya memperkirakan BI 7 Day Reverse Repo Rate bertahan di 3,5%. Dari 14 institusi yang terlibat dalam pembentukan konsensus tersebut hanya satu yang memproyeksi BI akan menaikkan suku bunga acuan bulan ini.
Selain itu, Untuk 2022 BI memperkirakan transaksi berjalan (current account) kembali defisit di kisaran 0,5-1,3% dari PDB. Lebih landai ketimbang perkiraan sebelumnya yakni 1,1-1,9 PDB%.
Perubahan proyeksi tersebut menjadi kabar bagus, sebab transaksi berjalan merupakan faktor penting yang mempengaruhi pergerakan rupiah.
"Defisit transaksi berjalan diperkirakan rendah didukung oleh surplus neraca perdagangan sebesar US$ 9,3 miliar. Perkembangan ini didukung surplus neraca perdagangan non-migas sejalan dengan tingginya ekspor karena harga komoditas global, di tengah meningkatnya defisit neraca migas," papar Perry.
Secara teknikal, rupiah yang disimbolkan USD/IDR masih berada di kisaran rerata pergerakan 50 hari (Moving Average 50/MA 50) 100 dan 200. Ketiga MA tersebut bergerak mendatar, yang menjadi indikasi rupiah bergerak sideways, apalagi sejak awal tahun membentuk pola Rectangle.
Batas bawah pola Rectangle berada di kisaran Rp 14.240/US$ dan batas atas di kisaran Rp 14.400/US$. Untuk melihat kemana arah rupiah dalam jangka menengah salah satu level tersebut harus ditembus.
![]() Foto: Refinitiv |
Indikator Stochastic pada grafik harian bergerak turun tetapi belum mencapai wilayah oversold.
Stochastic merupakan leading indicator, atau indikator yang mengawali pergerakan harga. Ketika Stochastic mencapai wilayah overbought (di atas 80) atau oversold (di bawah 20), maka harga suatu instrumen berpeluang berbalik arah.
Stochastic pada grafik 1 jam bergerak naik dari wilayah oversold yang bisa memberikan tekanan bagi rupiah hari ini.
![]() Foto: Refinitiv |
Support Rp 14.340/US$ kemarin berhasil ditembus dan nyaris mencapai target penguatan ke Rp 14.320. Jika level tersebut ditembus hari ini, rupiah berpeluang menguat ke Rp 14.300/US$ hingga Rp 14.280/US$.
Sementara jika kembali ke atas Rp 14.340/US$, rupiah berisiko melemah menuju Rp 14.370/US$ yang merupakan resisten terdekat. Jika resisten tersebut ditembus, rupiah berisiko melemah ke Rp 14.400/US$.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Rupiah Dekati Rp 15.000/US$, Begini Kondisi Money Changer
