Mengulik Bisnis Trimuda Nuansa Citra yang Sahamnya ARA
Jakarta, CNBC Indonesia - Emiten penyedia layanan logistik transportasi, PT Trimuda Nuansa Citra Tbk (TNCA) sahamnya menembus batas auto rejection atas (ARA) pada perdagangan hari ini. Artinya dengan kenaikan 8,33% pada perdagangan Senin (18/4) kemarin, saham ini dalam dua hari telah menguat hingga 35%.
TNCA merupakan emiten jasa kurir dan logistik yang tergabung dalam indeks sektor transportasi & logistik (IDXTRANS).Perusahaan ini sendiri memiliki nama dagang Garuda Express Delivery atau lebih dikenal sebagai GED. GED didirikan pada tahun 1998 dengan para pendiri merupakan komisaris maskapai penerbangan Garuda Indonesia dan PT Trimuda Nuansa Citra.
Situs resmi perusahaan menyebut bahwa saat ini perusahaan telah memiliki satu kantor pusar di Jakarta, 3 kantor cabang, 4 agen eksklusif, 37 agen dan 60 sub-agen yang tersebar di seluruh Indonesia.
Perusahaan menyebut memiliki lebih dari 100 armada dan melakukan lebih dari 2.000 pengiriman setiap harinya dengan total berat barang kiriman harian mencapai 8,5 ton.
Proses bisnis yang dijalankan perusahaan dimulai dari penjemputan barang, penyortiran di gudang, pengiriman baik itu lewat darat, laut atau udara, hingga pengiriman terakhir sampai ke penerima.
Tahun lalu, perusahaan yang melakukan IPO di 2018 ini, mayoritas sahamnya telah dikuasai oleh fintech yang ikut didanai oleh Alibaba, yakni Akulaku. Saat ini kepemilikan Akulaku di TNCA mencapai 32%.
Akulaku sendiri selain menguasai saham TNCA juga merupakan pengendali dari bank digital Bank Neo Commerce (BBYB).
Lebih lanjut, selain lewat Akulaku Silvrr, Akulaku juga masuk ke TNCA via perusahaan afiliasi Holyhead East Limited (dulu bernama Asetku Ecommerce Limited), yang merupakan pengembang aplikasi Asetku milik Akulaku.
Holyhead East Limited menguasai 27% saham TNCA. Selain kedua perusahaan tersebut, PT Asuransi Intra Asia tercatat memiliki 5% saham TNCA dan bertindak sebagai pengendali.
PT Asuransi Intra Asia adalah entitas induk langsung perusahaan. Sementara, entitas induk utama TNCA adalah Kim Johanes Mulia, yang merupakan pemilik Asuransi Intra Asia.
Menurut prospektus TNCA saat melakukan penawaran saham perdana (initial public offering/IPO) pada Juni 2018 silam, Kim Johanes juga tercatat sebagai ultimate shareholder/pengendali Perseroan.
Mulanya, saat IPO, entitas induk langsung TNCA adalah PT Biro Perjalanan Wisata Mila, sedangkan Entitas Induk Utama Perseroan adalah PT Intra Asia Corpora.
Mengacu pada data prospektus IPO TNCA, Kim Johanes memegang 99,9% saham PT Intra Asia Corpora.
Nama Kim sempat kembali terdengar di pemberitaan saat dikabarkan ingin menyelamatkan maskapai penerbangan BUMN PT Merpati Nusantara Airlines pada 2018 silam.
Kala itu, melalui PT Intra Asia Corpora, Kim Johanes siap menggelontorkan Rp 6,4 triliun sebagai modal usaha agar Merpati kembali mengangkasa. Namun, wacana proses investasi tersebut kemudian gagal dan hilang dari pemberitaan.
Pada 19 Juli 2010, kabar ekspansi Kartika Airlines santer terdengar setelah Kim Johanes Mulia menandatangani pembelian 30 unit pesawat Sukhoi Superjet 100 senilai US$ 840 juta dari Sukhoi Civil Aircraft.
Lokasi penandatanganan jual-beli pesawat itu pun bertempat di ajang bergengsi yakni Farnborough Air Show 2010.
Dikutip dari situs Kementerian Perhubungan, rencananya Sukhoi itu akan datang 1 unit setiap bulan mulai 2012.
Intra Asia Corpora yang merupakan perusahaan investasi ini pernah menguasai Kartika Airlines, tetapi kini maskapai tersebut sudah tidak beroperasi lagi.
Sejak ditawarkan nyaris empat tahun lalu pada Juni 2018 di harga Rp 150 per saham, kini harga saham TNCA telah naik 550% dari harga IPO ke level Rp 975/saham dengan kapitalisasi pasar Rp 411,10 miliar.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(fsd)