
Rupiah Juara Meski Dolar AS Perkasa!

Jakarta, CNBC Indonesia - Kurs rupiah bergerak menguat meski tipis saja terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan hari ini, Selasa (19/4/2022), di mana Bank Indonesia (BI) dijadwalkan akan merilis suku bunga acuannya hari ini, yang akan menjadi penggerak rupiah di pasar spot.
Melansir data dari Refinitiv, Mata Uang Tanah Air membuka perdagangan dengan menguat tipis 0,02% di Rp 14.350/US$. Kemudian, rupiah berhasil melanjutkan penguatanya sebanyak 0,08% ke Rp 14.342/US$ pada pukul 11:00 WIB.
Penguatan indeks dolar AS di pasar spot terus berlanjut hingga hari ini. Pukul 11:00 WIB, si 'greenback' berhasil menguat 0,14% ke level 100,919 terhadap 6 mata uang dunia.
Rupiah berhasil menguat di pasar spot hari ini, ditopang oleh rilis data ekonomi yang baik. Kemarin, BI telah melaporkan neraca perdagangan Indonesia di bulan Maret yang mengalami surplus, di mana nilai ekspor Maret senilai US$26,5 miliar dan nilai impor mencapai US$21,97 miliar.
Dengan begitu, neraca perdagangan di bulan Maret berhasil membukukan surplus senilai US$4,53 miliar. Surplus ini adalah yang ketiga terbesar sepanjang sejarah Indonesia merdeka. Hanya kalah dari Oktober 2021 (US$ 5,74 miliar) dan Agustus 2021 (US$ 4,75 miliar).
Indonesia sudah membukukan surplus neraca perdagangan sejak April 2020, atau selama 23 bulan terakhir. Ini baru kali pertama terjadi di era pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi).
Rekor surplus perdagangan tanpa putus kali terakhir terjadi pada Agustus 2008-Juni 2010 yang juga berlangsung selama 23 bulan. Kala itu Indonesia masih dipimpin oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).
Hari ini, BI dijadwalkan akan merilis keputusan untuk suku bunga acuan yang dijadwalkan akan dirilis pukul 14:30 WIB.
Namun, konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia memperkirakan BI 7 Day Reserve Repo Rate akan bertahan di 3,5%. Dari 14 institusi yang terlibat dalam pembentukan konsensus tersebut hanya satu yang memproyeksi BI akan menaikkan suku bunga acuan bulan ini.
Jika sesuai ekspektasi, maka suku bunga acuan akan bertahan di 3,5% sejak Februari 2021 atau sudah bertahan selama 14 bulan terakhir. Level 3,5% adalah suku bunga acuan terendah dalam sejarah Indonesia.
Meskipun, indeks dolar AS sedang perkasa, tapi sentimen negatif tidak henti menerpa negeri Paman Sam tersebut.
Angka keyakinan pembangunan rumah untuk keluarga tunggal pada April anjlok ke level terendah sejak tujuh bulan, karena melonjaknya suku bunga hipotek (Kredit Pemilikan Rumah/KPR) dan rantai pasokan yang terhambat mendorong harga produksi rumah lebih tinggi.
Pasar perumahan di AS menjadi sorotan karena bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) di proyeksi akan mengadopsi kebijakan moneter yang agresif untuk melawan tingkat inflasi yang tinggi, sehingga mengerek bunga hipotek tetap 30 tahun di atas 5% untuk pertama kalinya dalam lebih dari satu dekade.
Pada tingkat hipotek saat ini, para analis memperkirakan konsumen yang mengambil pinjaman rumah US$300.000 akan membayar US$263 lebih banyak per bulan jika mereka telah menetapkan tingkat pinjaman pada awal tahun ini.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aaf/aaf)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Rupiah Dekati Rp 15.000/US$, Begini Kondisi Money Changer