Review Sepekan

Gokil! Harga Minyak Mentah Melesat 8% Lewati US$ 100/Barel

Arif Gunawan, CNBC Indonesia
Minggu, 17/04/2022 11:12 WIB
Foto: Ilustrasi: Minyak mengalir keluar dari semburan dari sumur 1859 asli Edwin Drake yang meluncurkan industri perminyakan modern di Museum dan Taman Drake Well di Titusville, Pennsylvania AS, 5 Oktober 2017. REUTERS / Brendan McDermid / File Foto

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga minyak mentah dunia melejit sepanjang pekan ini, membalik koreksi sepekan sebelumnya, menyusul rencana Uni Eropa menghentikan impor minyak mentah dari Rusia secara bertahap.

Pada Kamis (14/4/2022) harga kontrak berjangka minyak mentah jenis Brent yang menjadi acuan Eropa melesat 2,68% ke US$ 111,7/barel, sedangkan harga kontrak minyak acuan Amerika Serikat (AS) yakni West Texas Intermediate (WTI) lompat 2,59% ke US$ 107/barel.

Reli harian tersebut menjadi yang ketiga dalam sepekan ini untuk kedua jenis minyak. Koreksi hanya terjadi pada Senin, masing-masing sebesar 4,18% dan 4,04% menjadi US$ 98,48/barel dan US$ 94,29/barel.


Perdagangan pada Jumat ditutup untuk memperingati perayaan Jumat Agung. Harga minyak Brent selama sepekan terhitung melonjak 8,68%, sedangkan minyak WTI lompat 8,84%, membalik koreksi sepekan sebelumnya masing-masing sebesar 1,5% dan 1%.

Reli terjadi setelah The New York Times menulis bahwa Uni Eropa sedang berencana melarang impor minyak Rusia secara bertahap. Persekutuan Ekonomi itu memberikan waktu kepada Jerman dan negara-negara lainnya di Eropa Barat untuk mencari pasokan minyak alternatif.

Analis Lipow Oil Associates Houston Andres Lipow menilai larangan bertahap demikian akan memaksa pembeli di Eropa untuk mencari sumber alternatif. Beberapa cadangan akan dipenuhi oleh cadangan minyak strategis.

Pada Rabu, Badan Energi Internasional (International Energy Agency/IEA) memperingatkan bahwa ada setidaknya 3 juta barel per hari minyak Rusia yang terhenti mulai Mei ini dan seterusnya karena pembeli di tingkat global secara sukarela menghindari kargo Rusia.

Di sisi lain, Amerika Serikat (AS) berupaya memperkuat posisinya dengan merevisi naik produksi minyaknya, di tengah krisis tenaga kerja dan kendala rantai pasokan yang memacu harga BBM lebih tinggi.

Energy Information Administration (EIA) melaporkan bahwa persediaan minyak AS berpeluang naik lebih dari 9 juta barel pada pekan depan, salah satunya didorong oleh dirilisnya minyak mentah dalam cadangan strategis mereka.

Namun demikian, masih ada peluang koreksi harga minyak pada pekan depan karena terganggunnya prospek ekonomi China menyusul karantina wilayah (lockdown) kota terpadatnya, yakni Shanghai, menyusul penyebaran virus Covid-19 varian omicron.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(ags/ags)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Perang Iran-Israel Bikin Harga Komoditas Naik, RI Diuntungkan?