
Seandainya Pasar Buka, Rupiah Bisa Kalah Lawan Dolar AS

Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar keuangan Indonesia libur dalam rangka memperingati Wafat Isa Almasih/Wafat Yesus Kristus atau Jumat Agung pada hari ini, Jumat (15/4/2022). Andai diperdagangkan, kemungkinan rupiah bisa berpotensi ditutup tertekan.
Kemarin, rupiah sukses perkasa di hadapan dolar Amerika Serikat (AS) dengan menutup perdagangan di Rp 14.343/US$, menguat 0,13%.
Pasar spot rupiah di dalam negeri memang tutup hari ini. Namun, pasar Non-Deliverable Forwards (NDF) di luar negeri masih buka. Dengan menilik pasar NDF, bisa diketahui bagaimana nasib rupiah hari ini andai pasar spot diperdagangkan.
Nilai tukar rupiah terhadap dolar (AS) kemungkinan bisa melemah di perdagangan pasar spot hari ini. Tanda-tandanya terlihat di pasar NDF.
Berikut kurs NDF pada pukul 16:00 WIB.
Periode | Kurs |
1 Pekan | Rp14.352,90 |
1 Bulan | Rp14.366,30 |
2 Bulan | Rp14.380,90 |
3 Bulan | Rp14.398,90 |
6 Bulan | Rp14.479,23 |
9 Bulan | Rp14.570,68 |
1 Tahun | Rp14.681,64 |
Kemarin, yen Jepang melemah terhadap dolar AS sebanyak 0,43%, disusul oleh ringgit Malaysia terkoreksi sebanyak 0,05% terhadap si greenback. Namun, yuan China berhasil menguat sebanyak 0,1%. Perdagangan di Singapura dan Indonesia ditutup hari ini untuk memperingati Jumat Agung.
Meski rupiah perkasa pada Kamis (14/4) kemarin, data Refinitiv mencatat indeks dolar berhasil ditutup lebih tinggi sebanyak 0,23% ke level 100,552.
Pasar NDF seringkali mempengaruhi psikologis pembentukan harga di pasar spot.
Oleh karena itu, kurs di NDF tidak jarang diikuti oleh pasar spot. Padahal NDF sebelumnya murni dimainkan oleh investor asing, yang mungkin kurang mendalami kondisi fundamental perekonomian Indonesia.
NDF adalah instrumen yang memperdagangkan mata uang dalam jangka waktu tertentu dengan patokan kurs tertentu pula. Sebelumnya pasar NDF belum ada di Indonesia, hanya tersedia di pusat-pusat keuangan internasional seperti Singapura, Hong Kong, New York, atau London.
Penguatan tersebut terjadi sebab bank sentral AS (The Fed) berencana menaikkan suku bunga dengan agresif bulan depan.
Kemarin, Presiden The Fed New York John Williams mengatakan bahwa kenaikan suku bunga acuan setengah poin bulan depan merupakan pilihan yang sangat masuk akal.
Sehingga, pasar pun memprediksikan bahwa pengetatan moneter yang telah direncanakan sebelumnya oleh The Fed akan benar-benar terjadi.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(vap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Segini Harga Jual Beli Kurs Rupiah di Money Changer