Data Ekonomi AS Kurang Baik, Kripto Ambrol Bos!

Annisa Aflaha, CNBC Indonesia
Jumat, 15/04/2022 14:10 WIB
Foto: Infografis/ Kejatuhan Harga Bitcoin dari Masa ke Masa

Jakarta, CNBC Indonesia- Harga mayoritas kripto utama terpantau melemah pada perdagangan Jumat (15/4/2022), di mana hantu inflasi masih membayangi hampir seluruh negara di dunia, dan menekan pasar aset digital.

Melansir data dari CoinMarketCap pada pukul 11:00 WIB, berikut pergerakan 10 koin terbesar berdasarkan market cap.

Bitcoin melemah tajam 2,89% ke level harga US$ 40.180,38/koin atau setara dengan Rp 576.416.484/koin, Ethereum terkoreksi 2,47% ke level US$ 3.042/koin atau Rp 43.631.406/koin.


Berikutnya Tether dan BNB merosot yang masing-masing sebesar 0,02% dan 2,35%. Solana diperdagangkan lebih rendah 4,31% ke level US$102,31 atau setara dengan Rp 1.467.432/koin. Terra melemah 6,67% dan di banderol US$82,60 per koinnya.

Cardano turun 2,20% ke level US$0,9558 (Rp 13.700/koin) dan Avalanche melemah 3,67% ke level US$78,46 (Rp 1.125.351/koin).

Namun, USD Coin berhasil menguat tipis 0,05% (Rp 14.343/koin) dan XRP melesat tajam hingga 6,59% ke level US$0,789 (Rp 11.316/koin).

Pasar kripto kembali bergejolak, setelah pekan ini sentimen tidak sedap menghantui hampir seluruh negara di dunia, di mana hantu 'inflasi' masih menghantui. Tidak terkecuali Negara Adidaya Amerika Serikat (AS). AS mencatatkan inflasi tahunan sebesar 8,5% per Maret 2022, atau lebih tinggi dari inflasi tahunan bulan sebelumnya sebesar 7,9%.

Selain itu, Indeks harga konsumen (IHK) juga menjadi yang tertinggi sejak Desember 1981. Indeks Harga Produsen (IHP) AS juga meningkat 11,2% dari tahun lalu dan naik 1,4% secara bulanan dan menjadi level tertinggi sejak November 2010. Tanda-tanda inflasi akan terus tinggi dapat menekan bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) untuk segera memperketat kebijakan moneternya.

Selain itu, perang di Ukraina yang masih memanas hingga hari ini, ikut menambah sentimen negatif untuk pasar aset digital.

Meski begitu, ada spekulasi bahwa inflasi di Negeri Paman Sam sudah mencapai titik tertingginya dan berpotensi akan menurun.

Namun, hal tersebut bisa juga dipicu oleh investor yang melakukan aksi jual untuk mengambil untung setelah kemarin pasar aset digital sempat menguat.

"Perilaku trader saat ini tampaknya beralih dari dominasi realisasi kerugian menuju pengambilan untung dalam jumlah kecil. Sebesar 58% dari volume transaksi Bitcoin saat ini mewujudkan keuntungan," tutur Glassnode, dalam laporan riset hariannya, dikutip dari CoinDesk.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(aaf/aaf)
Saksikan video di bawah ini:

Video: OJK Awasi Ketat Kripto, Fokus pada Aktivitas Domestik