Mantap! Bank Nasional Mendominasi Jajaran Bank Terbaik Dunia

Chandra Dwi, CNBC Indonesia
Kamis, 14/04/2022 17:30 WIB

Jakarta, CNBC Indonesia - Prospek industri perbankan meningkat setelah dua tahun sempat terpengaruh oleh pandemi virus corona (Covid-19) global dan sekitar satu dekade mengalami suku bunga rendah.

Kini, sebagian besar bank sentral negara maju dipaksa lebih bersikap hawkish untuk memerangi inflasi yang berada di level tertingginya.

Ketika suku bunga naik, bank akan dapat mengambil untung dari kenaikan margin bunga bersih, di mana hal ini menjadi sumber pendapatan yang penting bagi sektor perbankan.


Contohnya saja di Amerika Serikat (AS), inflasinya kembali melonjak pada Maret lalu. Inflasi dari sisi konsumen (Indeks Harga Konsumen/IHK) pada bulan lalu mencapai 8,5% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya (year-on-year/yoy).

Angka ini lebih tinggi dari konsensus pasar yang dihimpun Reuters dengan perkiraan 8,4% sekaligus jadi rekor tertinggi sejak Desember 1981.

Sementara dari inflasi sisi produsen (Producer Price Index/PPI) dilaporkan melonjak 11,2% pada bulan lalu (yoy).

Data IHK dan PPI AS yang naik semakin memperkuat keyakinan pasar bahwa bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) bakal mendongkrak suku bunga acuan lebih cepat.

Kenaikan suku bunga tersebut sudah berlangsung pada rapat edisi Maret lalu, di mana The Fed telah menaikan suku bunga acuannya sebesar 25 basis poin (bp) dan Komite Pasar Terbuka Federal memproyeksikan sebanyak enam kenaikan suku bunga lagi sepanjang tahun ini.

Meski inflasi Negeri Paman Sam kembali melonjak dan ada potensi bahwa sikap The Fed semakin hawkish, tetapi bank sentral Indonesia dalam hal ini Bank Indonesia (BI) menegaskan belum akan menaikkan suku bunga sampai inflasi naik secara fundamental.

Gubernur BI Perry Warjiyo masih optimis tahun ini inflasi tetap terkendali dan masih berkisar pada asumsi semula, yakni 2-4%, sekalipun kini harga barang dan jasa terus naik.

"Sejauh ini kami masih confident inflasi masih bisa terjaga 2-4%," ungkap Perry usai rapat Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK), Rabu (13/4/2022) kemarin.

Perry sekali lagi menegaskan jika kebijakan moneter BI, terutama suku bunga tidak akan merespon first round impact dari kenaikan harga saat ini.

Di Indonesia sendiri, hingga Maret 2022, berdasarkan Laporan Badan Pusat Statistik (BPS), inflasi Indonesia sudah mencapai 2,6% yoy, dan inflasi inti tumbuh 2,37% (yoy).

Atas dasar tersebut, Forbes merilis Bank Terbaik di Dunia atau World Best Bank pada tahun 2022, bersama dengan firma riset pasar Statista.

Alih-alih melihat neraca dan laporan laba rugi, seperti yang dilakukan Forbes, Statista mensurvei lebih dari 45.000 pelanggan dalam 14 bahasa di seluruh dunia untuk pendapat mereka tentang hubungan perbankan mereka saat ini dan sebelumnya.

Nominasi ini dinilai berdasarkan kepuasan umum serta tolak ukur utama lainnya seperti kepercayaan, biaya, layanan digital, dan saran keuangan.

Di Indonesia, berikut ini 12 bank-bank terbaik menurut Forbes.

Sumber: Forbes
Top 12 Indonesia Best Banks 2022

Jika dilihat dari data di atas, PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) menjadi perusahaan perbankan di Indonesia terbaik tahun 2022 berdasarkan penilaian Forbes.

Dari kapitalisasi pasar (market cap) BBCA saat ini mencapai Rp 952,3 triliun. Hanya tinggal sedikit lagi market cap BBCA menyentuh Rp 1.000 triliun.

Sedangkan di posisi kedua terdapat Bank DBS Singapura, dengan kapitalisasi pasarnya mencapai US$ 55,4 miliar (Rp 794,99 triliun).

Di posisi ke-7, ada pula bank digital PT Bank Jago Tbk (ARTO), di mana kapitalisasi pasarnya saat ini mencapai Rp 178,4 triliun.

Namun, untuk bank BUMN dengan nilai aset terbesar kedua yakni PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) berada di posisi ke-12 dari Indonesia Best Banks 2022 versi Forbes.


(chd)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Sinyal Lesunya Ekonomi RI, Kredit Perbankan Melambat Lagi