Nggak Banyak Omong, Harga Emas Diam-diam Catat Rekor!

Maesaroh, CNBC Indonesia
14 April 2022 06:45
Pekerja menata perhiasan emas di toko emas Kawasan Pasar Ciputat, Tangerang Selatan, Jumat (11/3/2022). Harga emas dunia bergerak melemah pada perdagangan hari ini.  (CNBC Indonesia/ Muhammad Sabki)
Foto: Ilustrasi Perhiasan Emas (CNBC Indonesia/ Muhammad Sabki)

Jakarta- CNBC Indonesia - Harga emas menyentuh rekor tertinggi dalam sebulan setelah mengalami pergerakan yang cukup volatile sejak pertengahan Maret.

Pada Kamis (14/4/2022) pukul 06:10 WIB, harga emas dunia di pasar spot berada di US$ 1.977,91 per troy ons. Menguat tipis 0,01%. Kenaikan tersebut melanjutkan tren penguatan emas yang sudah berlangsung sejak 6 April lalu.

Pada perdagangan Rabu (13/4/2022), harga emas ditutup di level US$ 1.977,73 per troy ons. Menguat 0,57%. Level penutupan tersebut menjadi yang tertinggi sejak 11 Maret lalu atau sebulan lebih di mana pada saat itu emas ada di level US$ 1.985,29 per troy ons.


Kendati mencapai rekor tertingginya dalam sebulan, harga emas bergerak sangat volatil dalam sebulan terakhir. Harga emas biasanya melemah di perdagangan pagi hari sebelum menguat di sore hari.

Dalam sepekan, harga emas sudah naik 1,65% secara point to point. Emas juga masih menguat 3,13% dalam sebulan dan melonjak 13,93% dalam setahun.

Kenaikan harga emas dipicu oleh melonjaknya inflasi Amerika Serikat (AS) serta eskalasi geopolitik Rusia-Ukraina. AS mencatatkan inflasi tahunan sebesar 8,5% per Maret 2022, atau lebih tinggi dari inflasi tahunan bulan sebelumnya sebesar 7,9%. Indeks harga konsumen itu juga menjadi yang tertinggi sejak Desember 1981.

"Kita sedang mengimpor inflasi. Kondisinya lebih menakutkan karena inflasi disebabkan kurangnya pasokan ekspor, persoalan pengiriman, dan naiknya biaya pengiriman barang," tutur Daniel Pavilonis dari RJO Futures, dikutip dari Reuters.

Emas dinilai bisa menjadi aset lindung nilai saat inflasi tinggi sehingga sang logam mulia menjadi incaran banyak orang saat inflasi melambung. Faktor inflasi bahkan mampu menetralisir ekspektasi kenaikan suku bunga The Fed serta penguatan dolar AS.

"Investor mengabaikan penguatan dolar dan naiknya suku bunga acuan AS dan hanya fokus melihat inflasi tinggi," tutur Edward Meir dari ED&F Man Capital Markets, dikutip dari Reuters.

Kenaikan harga emas juga masih dipengaruhi perang Rusia-Ukraina. Terlebih, tanda-tanda perdamaian nampak menjauh dan ketidakpastian terus meningkat.

Terbaru, Amerika Serikat (AS) diketahui memberikan bantuan persenjataan tambahan setara US$ 800 juta atau setara Rp 11,48 triliun (kurs Rp 14.350 per dolar AS) untuk Ukraina. Seperti dilansir dari CNN International, Presiden AS Joe Biden mengatakan kepada mitranya dari Ukraina bahwa AS mengirim tambahan senjata, amunisi dan bantuan keamanan lainnya senilai US$ 800 juta.

"Militer Ukraina telah menggunakan senjata yang kami sediakan untuk efek yang menghancurkan. Saat Rusia bersiap untuk mengintensifkan serangannya di wilayah Donbas, AS akan terus memberi Ukraina kemampuan untuk mempertahankan diri," kata Biden dalam sebuah pernyataan.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(mae/mae)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Madesu! Harga Emas Turun ke Titik Terendah Dua Minggu

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular