Masih Membara, Harga Batu Bara Catat Rekor!

Maesaroh, CNBC Indonesia
14 April 2022 06:55
Pekerja melakukan bongkar muat batubara di Terminal Tanjung Priok, Jakarta, Kamis (6/1/2022). Pemerintah memutuskan untuk menyetop ekspor batu bara pada 1–31 Januari 2022 guna menjamin terpenuhinya pasokan komoditas tersebut untuk pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) milik PLN dan independent power producer (IPP) dalam negeri. Kurangnya pasokan batubara dalam negeri ini akan berdampak kepada lebih dari 10 juta pelanggan PLN, mulai dari masyarakat umum hingga industri, di wilayah Jawa, Madura, Bali (Jamali) dan non-Jamali. (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)
Foto: Pekerja melakukan bongkar muat batubara di Terminal Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Kamis (6/1/2022). (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga batu bara masih betah dalam tren pendakian. Pada perdagangan Rabu (13/4/2022), harga batu bara kontrak Mei ditutup di level US$ 322,35 per ton. Menguat 1,45% dibandingkan hari sebelumnya.

Level tersebut adalah yang tertinggi sejak 14 Maret 2022 atau sebulan terakhir di mana harga batu bara pada saat itu menyentuh US$ 336,15 per ton.

Harga batu bara melejit 7% pada Selasa (12/4/2022) setelah sempat melemah hari sebelumnya. Dalam sepekan, harga batu bara sudah menguat 12,12% point to point tetapi dalam sebulan masih melemah 4,1%. Dalam setahun, harga batu bara sudah melejit 259,16%.

Lonjakan harga batu bara masih dipicu oleh kekhawatiran kurangnya pasokan serta ketegangan hubungan Rusia-Ukraina. Sanksi larangan impor batu bara yang akan dilakukan Uni Eropa dan Jepang membuat persaingan untuk mendapatkan pasokan batu bara semakin ketat. Padahal, tanpa sanksi pun, pasokan batu bara sudah dalam kondisi ketat karena persoalan cuaca dan perang.

Australia dan Indonesia sebagai pemasok utama batu bara dunia menghadapi keterbatasan produksi karena cuaca. Sementara itu, eksportir besar lainnya seperti Afrika Selatan menghadapi persoalan logistik dalam memenuhi pasokan. Amerika Serikat dan Kolombia kini menjadi harapan banyak negara untuk memenuhi pasokan yang ditinggalkan Rusia.

Terbatasnya pasokan di saat permintaan meningkat inilah yang membuat harga batu bara melambung. Persoalan pasokan telah membuat banyak negara tidak mampu mengimpor batu bara sesuai kebutuhan.

Vietnam dilaporkan telah mengalami persoalan pasokan listrik karena pasokan batu bara yang menurun. Impor batu bara Vietnam dari Rusia di kuartal I tahun ini turun 31% ke level 804 ribu ton. Namun, secara nominal nilai impornya melonjak 60% menjadi US$ 202,5 juta.

China sebagai konsumen terbesar batu bara dilaporkan mengimpor sebanyak 16.42 juta ton batu bara di Maret 2022. Angka ini lebih tinggi dibandingkan dibandingkan 11,23 juta ton di Februari 2022, yang merupakan level terendah sejak Desember 2019. Namun, jumlah impor di Maret tahun ini sebenarnya 40% lebih rendah dibandingkan Maret 2021.

Pada kuartal I-2022, China secara keseluruhan mengimpor 51,81 juta ton batu bara, turun 24,2% dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Penurunan impor disebabkan kurangnya pasokan setelah Indonesia melarang ekspor batu bara di bulan Januari. Penurunan impor juga disebabkan oleh persoalan pengiriman akibat adanya perang Rusia-Ukraina.

Menyusul tingginya harga batu bara, FocusEconomics tekah menaikkan proyeksi harga batu bara untuk tahun ini menjadi US$ 240 per ton, naik 27% dibandingkan proyeksi sebelumnya. Lembaga pemeringkat Moody's Investors Services juga menaikkan proyeksi harga batu bara mereka menjadi US$ 275 per ton selama 12 bulan ke depan.

"Larangan impor batu bara yang dilakukan Uni Eropa akan mendongkrak harga batu bara dalam jangka pendek. Harga diharapkan kembali menurun secara bertahap setelah produksi Australia meningkat," tutur FocusEconomics.

Selain persoalan pasokan, kenaikan harga batu bara juga dipicu belum meredanya perang Rusia-Ukraina. Terbaru, Amerika Serikat (AS) diketahui memberikan bantuan persenjataan tambahan setara US$ 800 juta atau setara Rp 11,48 triliun (kurs Rp 14.350 per dolar AS) untuk Ukraina.

"Militer Ukraina telah menggunakan senjata yang kami sediakan untuk efek yang menghancurkan. Saat Rusia bersiap untuk mengintensifkan serangannya di wilayah Donbas, AS akan terus memberi Ukraina kemampuan untuk mempertahankan diri," kata Biden dalam sebuah pernyataan.

Biden juga menuduh Rusia melakukan genosida di Ukraina dengan melakukan pembantaian massal terhadap warga sipil di negara tersebut.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(mae/mae)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Waduh! Harga Batu Bara Anjlok ke Level Sebelum Perang Ukraina

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular