Inflasi AS Kembali Melonjak, Harga SBN Melemah Lagi

Chandra Dwi Pranata, CNBC Indonesia
13 April 2022 18:46
Ilustrasi Obligasi (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Foto: Ilustrasi Obligasi (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga mayoritas obligasi pemerintah atau Surat Berharga Negara (SBN) kembali ditutup melemah pada perdagangan Rabu (13/4/2022), di tengah melonjaknya kembali inflasi Amerika Serikat (AS) pada periode Maret 2022.

SBN tenor pendek yakni tenor 1 tahun dan 3 tahun ramai diburu oleh investor, ditandai dengan turunnya imbal hasil (yield) dan menguatnya harga. Sebaliknya, SBN tenor menengah hingga panjang cenderung dilepas oleh investor, ditandai dengan naiknya yield dan melemahnya harga.

Yield SBN bertenor 1 tahun turun 8,4 basis poin (bp) ke level 2,714%, sedangkan yield SBN berjatuh tempo 3 tahun melemah 3,3 bp ke level 3,671%

Sementara untuk yield SBN bertenor 10 tahun yang merupakan SBN acuan negara kembali menguat 4,1 bp ke level 6,917%, semakin mendekati kisaran level 7%.

Yield berlawanan arah dari harga, sehingga naiknya yield menunjukkan harga obligasi yang sedang melemah, demikian juga sebaliknya. Satuan penghitungan basis poin setara dengan 1/100 dari 1%.

Dari AS, yield obligasi pemerintah (US Treasury) tenor 10 tahun kembali menguat, setelah investor merespons dari inflasi AS dari sisi konsumen (Indeks Harga Konsumen/IHK) yang kembali melonjak.

Investor saat ini menanti rilis data inflasi dari sisi produsen (producer price index/PPI) periode Maret lalu.

Berdasarkan data dari CNBC International pada pukul 04:20 waktu AS, yield Treasury tenor 10 tahun menguat 5 bp ke level 2,7786%.

Sebelumnya, Departemen Ketenagakerjaan AS melaporkan laju IHK pada Maret 2022 mencapai 8,5% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya (year-on-year/yoy).

Angka ini lebih tinggi dari konsensus pasar yang dihimpun Reuters dengan perkiraan 8,4% sekaligus jadi rekor tertinggi sejak Desember 1981.

"Mengembalikan inflasi ke target 2% adalah tugas paling penting bagi bank sentral. Soal secepat apa kenaikan suku bunga acuan, saya tidak ingin fokus pada hal itu," kata Lael Brainard, Gubernur bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed), dalam wawancara bersama Wall Street Journal, sebagaimana dikutip dari Reuters.

Pasar memandang komentar Brainard ini sebagai sesuatu yang agresif atau hawkish. The Fed sepertinya akan serius untuk memerangi inflasi AS yang masih meninggi dan terus berupaya untuk meredamnya.

Konsensus pasar yang dihimpun Reuters memperkirakan The Fed bakal mendongrak Federal Funds Rate sebanyak 2,5 poin persentase pada tahun ini. Jika terwujud, maka akan menjadi yang pertama sejak 1994.

Sementara itu, data PPI Negeri Paman Sam pada bulan lalu akan dirilis pada hari ini pukul 08:30 waktu AS atau pukul 19:30 WIB.

Konsensus pasar dalam polling Reuters memperkirakan PPI Negeri Paman Sam pada bulan lalu akan naik menjadi 11% (yoy).

TIM RISET CNBC INDONESIA


(chd/chd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Pasar SBN Masih Diburu Investor, Yieldnya Turun Lagi

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular