
Awas 'Tsunami' Inflasi, Rupiah Bisa Nyemplung ke Zona Merah!

Jakarta, CNBC Indonesia - Rupiah masih belum menunjukkan pergerakan besar melawan dolar Amerika Serikat (AS) dalam beberapa pekan terakhir. Kemarin, rentang pergerakan rupiah hanya 10 poin saja, meski mampu menguat tipis 0,03% di Rp 14.360/US$.
Pada perdagangan hari ini, Rabu (13/4/2022), rupiah masih akan bergerak dalam rentang sempat dan akan cenderung tertekan sebab indeks dolar AS melesat 0,36% kemarin ke 100,29 yang merupakan level tertinggi sejak Mei 2020.
Kenaikan indeks dolar AS tersebut terjadi setelah inflasi di Amerika Serikat kembali meroket per Maret 2022, atau lebih tinggi dari inflasi tahunan bulan sebelumnya sebesar 7,9%. Indeks harga konsumen itu juga menjadi yang tertinggi sejak Desember 1981.
Rilis inflasi oleh Biro Statistik Ketenagakerjaan itu jauh lebih buruk di atas ekspektasi dalam konsensus ekonom yang semula memperkirakan angka 8,4%, serta semakin menguatkan ekspektasi The Fed (bank sentral AS) akan menaikkan suku bunga 50 basis poin pada bulan Mei dan Juni.
Inflasi sepertinya akan menjadi "tsunami" yang bisa menyapu banyak negara di dunia. Kenaikan inflasi tentunya membuat daya beli menurun yang pada akhirnya memukul perekonomian. Hal ini membuat risiko terjadinya resesi semakin menguat, yang tentunya memberikan sentimen negatif ke rupiah.
Secara teknikal, rupiah yang disimbolkan USD/IDR kini berada di atas rerata pergerakan 50 hari (Moving Average 50/MA 50) 100 dan 200. Ketiga MA tersebut bergerak mendatar, yang menjadi indikasi rupiah bergerak sideways, apalagi sejak awal tahun membentuk pola Rectangle.
Batas bawah pola Rectangle berada di kisaran Rp 14.240/US$ dan batas atas di kisaran Rp 14.400/US$. Untuk melihat kemana arah rupiah dalam jangka menengah salah satu level tersebut harus ditembus.
![]() Foto: Refinitiv |
Indikator Stochastic pada grafik harian bergerak turun dari wilayah overbought.
Stochastic merupakan leading indicator, atau indikator yang mengawali pergerakan harga. Ketika Stochastic mencapai wilayah overbought (di atas 80) atau oversold (di bawah 20), maka harga suatu instrumen berpeluang berbalik arah.
Stochastic pada grafik 1 jam untuk melihat pergerakan harian bergerak turun dan berada di level 50.
![]() Foto: Refinitiv |
Resisten terdekat di kisaran Rp 14.370/US$, jika ditembus rupiah berisiko melemah ke Rp 14.400/US$ yang merupakan batas atas pola rectangle. Penembusan konsisten ke atas level tersebut berisiko membawa rupiah melemah lebih jauh ke Rp 14.430/US$ hingga Rp 14.450/US$.
Sementara selama bertahan di bawah resisten, rupiah berpeluang menguat ke Rp 14.340/US$ hingga Rp 14.320/US$. Di pekan ini rupiah berpeluang menguat ke 13.300/US$ hingga Rp 14.280/US$ jika mampu menembus konsisten ke bawah Rp 14.320/US$.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Kabar Dari China Bakal Hadang Rupiah ke Bawah Rp 15.000/US$?
