
Akhir Pekan Investor Kembali Memburu SBN, Harganya Menguat

Jakarta, CNBCÂ Indonesia - Harga mayoritas obligasi pemerintah atau Surat Berharga Negara (SBN) ditutup menguat pada perdagangan Jumat (8/4/2022) akhir pekan ini, karena investor masih mengevaluasi rencana pengetatan kebijakan moneter dari bank sentral Amerika Serikat (AS).
Mayoritas investor ramai memburu SBN pada hari ini, ditandai dengan turunnya imbal hasil (yield). Hanya SBN bertenor 1, 3, dan 15 tahun yang cenderung dilepas oleh investor, ditandai dengan naiknya yield dan melemahnya harga.
Yield SBN bertenor 1 tahun menguat 5,4 basis poin (bp) ke level 2,647%, sedangkan yield SBN berjatuh tempo 3 tahun naik 1,1 bp ke level 3,735%, dan yield SBN berjangka waktu 15 tahun naik tipis 0,1 bp ke level 6,649%.
Sementara untuk yield SBN bertenor 10 tahun yang merupakan SBN acuan negara berbalik melemah 0,3 bp ke level 6,789% pada perdagangan hari ini.
Yield berlawanan arah dari harga, sehingga turunnya yield menunjukkan harga obligasi yang sedang menguat, demikian juga sebaliknya. Satuan penghitungan basis poin setara dengan 1/100 dari 1%.
Dari dalam negeri, Bank Indonesia (BI) kemarin melaporkan cadangan devisa (cadev) di bulan Maret turun cukup besar, yakni dari sebelumnya sebesar US$ 2,3 miliar menjadi US$ 131,9 miliar. Posisi cadangan devisa tersebut merupakan yang terendah sejak Juli 2021.
Menurut BI, salah satu penyebab penurunan cadangan devisa yakni pembayaran utang pemerintah. Sejak pandemi penyakit akibat virus corona (Covid-19) melanda, utang pemerintah memang terus meningkat.
Sementara hari ini, BI melaporkan Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) berada di 111 pada Maret 2022. Indeks di atas 100 menandakan konsumen masih optimistis dalam memandang perekonomian saat ini hingga enam bulan mendatang.
Akan tetapi, optimisme tersebut terpantau turun. Sebab pada Februari 2022, IKK tercatat 113,1. Penurunan cadev dan IKK ini pun membuat investor di SBN kembali memburunya, meski masih cenderung kecil.
Sementara dari AS, yield surat utang pemerintah (US Treasury) bertenor 5 tahun dan 30 tahun masih mengalami inversi atau kurva terbalik.
Data dari CNBC International mencatat yield Treasury bertenor 5 tahun naik 4,9 bp ke level 2,74%. Sedangkan yield Treasury bertenor 30 tahun turun 1,1 bp ke level 2,678%.
Yield Treasury tenor 5 tahun masih lebih tinggi dari yield Treasury tenor 30 tahun, menandakan bahwa inversi yield masih terjadi di surat utang pemerintah AS.
Namun untuk yield Treasury tenor 2 tahun dan 10 tahun dalam kondisi normal, di mana yield Treasury tenor 2 tahun masih lebih rendah dari yield Treasury tenor 10 tahun pada hari ini.
Yield Treasury bertenor 2 tahun naik 5,4 bp ke level 2,516%. Sedangkan yield Treasury bertenor 10 tahun juga naik 1,6 bp ke level 2,67%.
Investor masih mengevaluasi rencana pengetatan kebijakan moneter rencana pengetatan kebijakan moneter bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed).
The Fed berencana mengurangi triliunan kepemilikan obligasi mereka dengan jumlah konsensus sekitar US$ 95 miliar. Selain itu, mereka juga akan menaikan suku bunga acuannya sebanyak 50 basis poin untuk memerangi lonjakan inflasi.
Pengetatan kebijakan moneter yang lebih agresif ini, bersama dengan kenaikan inflasi, telah membuat kurva yield terbalik. Investor telah menjual Treasury jangka pendek demi utang pemerintah jangka panjang, menunjukkan kekhawatiran tentang kesehatan ekonomi jangka pendek, di mana kekhawatiran akan resesi meningkat.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(chd/chd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Pasar SBN Masih Diburu Investor, Yieldnya Turun Lagi