"Dibantu" Spekulan, Rupiah Menguat Lagi Pekan Ini?

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
Senin, 11/04/2022 07:25 WIB
Foto: Ilustrasi Rupiah dan dolar (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Rupiah sepanjang pekan ini bergerak tipis-tipis saja melawan dolar Amerika Serikat (AS) yang sedang kuat-kuatnya. Dalam lima hari perdagangan, rupiah menguat 2 kali dan melemah 3 hari beruntun.

Indeks dolar AS sepanjang pekan lalu melesat 1,18% ke 99,786 yang merupakan level tertinggi dalam 2 tahun terakhir, tetapi rupiah justru mampu menguat tipis 0,03% ke Rp 14.360/US$.

Bank sentral Amerika Serikat (AS) yang akan agresif menaikkan suku bunga di tahun ini guna meredam kenaikan inflasi membuat dolar AS sangat perkasa.


Rilis notula rapat kebijakan moneter edisi Maret kemarin menunjukkan bagaimana agresifnya The Fed akan bertindak. Tidak hanya akan menaikkan suku bunga, neraca (balance sheet) The Fed juga akan dikurangi dengan nilai yang jumbo. Dengan mengurangi nilai neraca, artinya The Fed akan melepas obligasi pemerintah dan efek beragun aset yang dimiliki, sehingga bisa menyerap likuiditas.

Meski demikian, rupiah masih tetap kuat sebab ditopang dengan kondisi ekonomi yang membaik, kenaikan harga komoditas, serta aliran modal asing yang masuk ke pasar saham.

Selain itu, sentimen para spekulan juga membaik terhadap. Bahkan, kini mengambil posisi beli (long) terhadap rupiah. Hal tersebut terlihat dari survei dua mingguan yang dilakukan Reuters.

Survei tersebut menggunakan skala -3 sampai 3, angka negatif berarti pelaku pasar mengambil posisi beli (long) mata uang Asia dan jual (short) dolar AS. Semakin mendekati -3 artinya posisi long yang diambil semakin besar.

Sementara angka positif berarti short mata uang Asia dan long dolar AS, dan semakin mendekati angka 3, semakin besar posisi short mata uang Asia.

Survei terbaru yang dirilis hari ini Kamis (7/4/2022) menunjukkan angka untuk rupiah -0,04 membaik dari dua pekan lalu 0,04.

Sepanjang tahun ini, kebanyakan rupiah mengalami aksi jual (short), hanya dua kali survei saja yang nilainya minus alias spekulan mengambil posisi long, itu pun nilainya tidak terlalu besar.

Dalam survei terbaru, rupiah termasuk yang terbaik. Dari 9 mata uang yang disurvei, selain rupiah ada yuan China dan dolar Singapura yang mendapat posisi long, sisanya dijual spekulan.

Dengan kondisi tersebut, ada peluang rupiah akan kembali menguat di pekan ini.

Secara teknikal, rupiah yang disimbolkan USD/IDR kini berada di atas rerata pergerakan 50 hari (Moving Average 50/MA 50) 100 dan 200. Ketiga MA tersebut bergerak mendatar, yang menjadi indikasi rupiah bergerak sideways, apalagi sejak awal tahun membentuk pola Rectangle.

Batas bawah pola Rectangle berada di kisaran Rp 14.240/US$ dan batas atas di kisaran Rp 14.400/US$. Untuk melihat kemana arah rupiah dalam jangka menengah salah satu level tersebut harus ditembus.

Indikator Stochastic pada grafik harian bergerak turun dari wilayah wilayah overbought.

Grafik: Rupiah (USD/IDR) Harian
Foto: Refinitiv

Stochastic merupakan leading indicator, atau indikator yang mengawali pergerakan harga. Ketika Stochastic mencapai wilayah overbought (di atas 80) atau oversold (di bawah 20), maka harga suatu instrumen berpeluang berbalik arah.

Resisten terdekat di kisaran Rp 14.370/US$, jika ditembus rupiah berisiko melemah ke Rp 14.400/US$ yang merupakan batas atas pola rectangle. Penembusan konsisten ke atas level tersebut berisiko membawa rupiah melemah lebih jauh ke Rp 14.430/US$ hingga Rp 14.450/US$

Sementara selama bertahan di bawah resisten, rupiah berpeluang menguat ke Rp 14.340/US$ hingga Rp 14.320/US$. Di pekan ini rupiah berpeluang menguat ke 13.300/US$ hingga Rp 14.280/US$ jika mampu menembus konsisten ke bawah Rp 14.320/US$.

TIM RISET CNBC INDONESIA 


(pap/pap)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Perang Bikin Rupiah Anjlok, Tembus Rp 16.400-an per Dolar AS